0.6

10.9K 472 9
                                    

Author Pov'

Kini sekawan itu sudah berada di sekolahan, tadi mereka berangkat bersama-sama. Pelajaran sudah di mulai sejak setengah jam yang lalu, semua murid menatap lurus ke depan mencoba fokus dengan materi yang di sampaikan oleh guru Bahasa Indonesia.

"Revalia," panggil Bu Nina.

"Iya Bu saya," jawab Revalia.

"Tolong ambilkan buku paket saya ya di meja ruang guru, boleh?" tanya Bu Nina.

"Boleh, Bu." ucap Revalia, lalu bangkit dari duduknya.

"Mau gue temenin?" tawar Berliana dengan nada yang berbisik.

"Gak usah." tolak Revalia.

Revalia berjalan menuju ke arah ruang guru, saat ia melewati koridor kelas 12 ia melihat sosok yang ia kenal. Arven, ia melihat Kakak kelas yang ia kenal akhir-akhir ini.

Entah dorongan dari mana, tiba-tiba Revalia menghampiri Arven.

"Kak," panggil Revalia.

Arven yang tadinya ingin bolos malah jadi mengurungkan niatnya.

"Reva!" kaget Arven.

"Kakak ngapain? Mau bolos?"

Pertanyaan Revalia itu sangat tepat sasaran.

Arven langsung mendekap mulut Revalia lalu membawa Revalia ke menjauh dari lorong sekolah.

Setelah Arven berhasil membawa Revalia menjauh dari lorong, Arven langsung melepaskan tangannya dari mulut Adik Kelasnya itu.

"Ishh Kakak! Pega tau!" omel Revalia.

Arven malah terkekeh kecil.

"Tadi Kakak beneran mau bolos ya?" tanya Revalia, lagi.

Arven menggeleng.

"Bohong!"

"Yakin," Arven berusaha meyakinkan Revalia.

"Gak percaya."

Lagi-lagi Arven terkekeh.

Plakkk
Revalia memukul lengan Arven.

"Kakak kenapa sih senyum-senyum terus?!" kesal Revalia.

"Lo lucu," jawab Arven yang berhasil membuat pipi Revalia merona.

"Lah kenapa tuh muka? Kok merah?" goda Arven.

"A-apasih, tau ah." elak Revalia, lalu pergi meninggalkan Arven.

Tapi sebelum Revalia sempurna melangkahkan kakinya, Arven malah mencengkal tangan Revalia dan menariknya hingga Revalia jatuh ke pelukan Arven.

Mata Revalia melotot, ia tak percaya apa yang di lakukan Arven. Tubuhnya menegang tak karuan, ia takut jika ada yang melihatnya.

"Kakak! Ishh lepasin!"

Arven hanya tersenyum sebagai jawaban.

"Kakakkkk!" rengek Revalia.

Arven pun melepaskan pelukannya. Tak ada kata-kata lagi yang bisa di ucapkan, Revalia langsung pergi meninggalkan Arven dengan pipi yang merona.

✨✨✨

"REVALIA KENAPA LAMA SEKALI?!" omel Bu Nina, ketika mendapati Revalia baru saja memasuki kelas.

"Mmm.. Maaf Bu tadi.. Tadi saya-"

Ucapan Revalia di potong langsung oleh Bu Nina.

"Saya tidak menerima alasan apapun. Sekarang pergi keluar dan buatlah puisi!" perintah Bu Nina.

"Tapi Bu saya-"

Lagi-lagi Bu Nina memotong ucapan Revalia.

"Kamu memang pintar, tapi saya lebih suka kedisiplinan!" tegas Bu Nina.

"Maaf Bu," ucap Revalia sambil menunduk.

"Sekarang keluar dari kelas saya," suruh Bu Nina.

Sebelum keluar, Revalia mengambil bukunya.

"Sabar," bisik Berliana.

Revalia mengangguk dan tersenyum. Setelah selesai mengambil bukunya, Revalia langsung keluar dari kelasnya.

Revalia berjalan menuju ke arah lapang basket, sesampainya di sana ia duduk di tepi lapangan sambil menatap langit yang sedikit mendung.

"Sial banget sih gue," katanya.

Revalia menatap buku kosongnya itu, dia bingung harus menulis kata apa.

"Ishh! Gara-gara Arven nih gue jadi di hukum," grutunyam

"Gue?"

Revalia tersentak kaget. Ia bingung apakan Arven itu titisan cenayang? Kenapa ia selalu muncul di mana-mana.

Revalia tak menjawab apapun, ia malah menutupi mukanya dengan buku. Arven duduk di samping Revalia lalu mengambil buku yang ada pada tangan Revalia.

"Bukannya lo yang nyamperin gue ya? Kok gue yang di salahin?" tanya Arven dengan nada santai.

Revalia hanya menjawab dengan cengiran. Tak ada jawaban lagi dari Arven, entah apa yang di lakukan Arven saat ini ia malah sedang menulis sesuatu di buku Revalia.

5 menit lebih Revalia menunggu Arven yang tak kelar-kelar menulis dan akhirnya ia selesai juga. Setelah menulis Arven memberikan buku itu pada Revalia.

Revalia membaca itu dengan hati yang senang, kenapa Revalia ini? Kenapa dia begitu senang?

"Udah sana bawa ke kelas," perintah Arven.

Revalia tersenyum dan mengangguk.

"Makasih Kak," ucap Revalia dengan pipi yang terangkat, membuat senyuman.

"Eittt! Tapi gak gratis," ucap Arven.

Revalia mengertukan keningnya.

"Sebagai bayaran lo harus makan malem sama gue. Nanti. Gue ngga nerima penolakan byeee!" jelas Arven, lalu pergi meninggalkan Revalia.

Revalia hanya menatap kepergian Arven dengan tersenyum. Lalu ia kembali ke kelasnya.

"Revalia? Kenapa sudah kembali?" tanya Bu Nina.

"Saya sudah selesai mengerjakan Bu," jawab Revalia dengan senyum yang terus mekar.

"Oh ya? Mana sini biar saya cek."

Revalia memberikan buku catatannya. Bu Nina tersenyum lalu mengembalikan buku Revalia.

"Silahkan duduk," ucap Bu Nina.

Revalia mengangguk.

"Terimakasih, Bu."

Revalia berjalan menuju tempat duduknya.

"Lo bisa bikin puisi?" tanya Berliana tak percaya, pasalnya sepintar-pintarnya Revalia, ia paling anti dengan materi puisi.

Revalia hanya mengangkat bahunya acuh sambil terkekeh. Berliana menatap sahabatnya dengan tatapan aneh. Ada apa dengan Revalia? Kenapa seperti orang gila?

Welkambekkkkk!!!
Allhamdulilah part ini selesai uwuwwwww
Semoga bisa terus lanjut ya wkwk.
Eh mau lanjut ga?
Kalo iya jan lupa Komen dan Vote ya.
Aku tunggu nih...
1
2
3
Oke makasih buat yang udah vote.
Aku syang kalian💖

INSIDEN IN SCHOOL [ Sudah Terbit ✅ ] OPEN PO-2 !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang