0.23

8K 313 7
                                    

Author Pov'

Revalia membuka matanya secara perlahan, seluruh tubuhnya sangat terasa sakit. Saat ia membuka matanya, ia mendapati ada kedua orang tuanya.

Revalia bangun dari posisi tidurnya dan duduk.

"Ayah? Bunda?" panggil Revalia.

Vera mendekat pada Revalia dan ...

Plak!
Satu tamparan mendarat pada pipi kanan Revalia, pipinya terasa merah dan panas. Saat itu pula Revalia bingung dan juga menangis, apakah kedua orang tuanya tau insiden di sekolah?

"APA MAKSUD KAMU MELAKUKAN HAL MENJIJIKAN ITU LIA? APA?! INGIN MEMBUAT BUNDA DAN AYAH MALU? IYA?! JIKA IYA SELAMAT KAMU SUDAH BERHASIL!!!" teriak Vera.

Revalia tambah menangis, hatinya sakit mendengar sang Bunda yang membentaknya.

"Engga Bunda. Lia gak pernah mau ngelakuin hal itu, itu kecelakaan, Bunda."

Dengan tangan yang memohon, Revalia berusaha meyakinkan Vera.

Vera tersenyum sinis, jelas hatinya terasa sakit, bahkan sangat sakit. Putri semata wayangnya yang ia jaga dari kecil hingga menginjak bangku SMA kelas 11, kini hilang keperawanannya begitu saja.

Vera dan Alvin merasa gagal menjadi orang tua.

"Apa kamu bilang? Gak ngelakuin itu?"

Plak!
Imbas sudah kedua pipi Revalia, kanan dan kiri sudah ia rasakan tamparan dari Vera.

"Bunda, stop!" cegah Alvin.

"APA? AYAH MAU MEMBELA ANAK INI? IYA? ANAK INI UDAH BUAT KITA MALU, YAH!" amarah Vera benar-benar memuncak.

"Gak gitu Bunda, biar Lia jelasin dulu dan kita dengerin. Kita gak boleh langsung hakimin Lia," Alvin berusaha menenangkan Vera.

Bagaimanapun, Alvin benar-benar sayang pada Revalia. Ia tak bisa jika melihat anak putrinya itu menanhis, dan ia tak rela kalau anaknya itu tersakiti.

"Bunda udah gak mau denger apapun," jawab Vera pada Alvin.

Lalu tatapan Vera beralih pada Revalia, "Kalau sampai terjadi apa-apa sama keluarga kita, Bunda mau kamu angkat kaki dari rumah ini!" ucap Vera tegas, lalu melangkah keluar dari kamar Revalia.

Revalia menatap kepergian Bunda nya dengan tatapan sendu, lalu tatapannya itu beralih pada Alvin.

"Ayah..." lirih Revalia.

Alvin mendekat pada Revalia dan memeluk anak semata wayangnya itu.

"Ini bukan keinginan Lia, Ayah."

Hati kedua anak manusia itu benar-benar sakit dan hancur, Revalia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Alvin.

Alvin mengelus puncak kepala Revalia, ia tau ini semua kecelakaan.

"Udah ya sayang, sekarang istirahat," perintah Alvin.

"Lia takut, Ayah."

"Apa yang kamu takuti sayang?" tanya Alvin dengan menatap kedua bola mata Revalia.

"Lia takut Bunda akan marah selama-lamanya sama Lia," lirih Revalia.

Tangan Alvin beralih mengelus puncak kepala Revalia, "Engga, Lia. Bunda itu Ibumu, dia gak akan tega marah lama sama kamu."

"Bantu Lia, Ayah."

Revalia memohon pada Alvin, ia bersyukur karena Alvin masih mau mendengarkannya dan percaya dengan kejadian yang sebenarnya.

INSIDEN IN SCHOOL [ Sudah Terbit ✅ ] OPEN PO-2 !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang