1. Zero

1.5K 121 14
                                    

Awan mendung bergelayut sendu diatas SMA Neo Culture siang itu. Bila kemarin matahari tampak terik dengan memberanikan diri muncul kepermukaan wajah langit, maka siang di hari ini awan mendung lah yang mendominasi. Abu-abu dengan putih yang bercampur menghilangkan sang biru dari sana. Hujan tetap tidak turun, ah mungkin bukan 'tidak' tetapi 'belum'. Ternyata mendung memang tak selalu hujan.

Anak laki-laki dengan kemeja sekolah berwarna putih serta logo OSIS di kantung sebelah kirinya itu termangu kearah luar kelas. Jendela kelasnya yang langsung menghadap kearah lapangan outdoor sekolah itu mendadak mencuri perhatiannya, terlebih lagi seorang gadis dengan tumpukan buku yang hampir menutupi pandangnya itu.

Dilepasnya airpods sebelah kirinya, memandang semakin jeli kearah gadis yang hari ini rambutnya dikuncir kuda itu.

Baru seminggu berpisah ternyata sudah rindu. Tidak salah Dilan ternyata, kenyataannya rindu itu memang berat.

"Ngeliatin naon, sih? Serius bener," seorang pemuda yang dua kancing kemeja atasnya dibiarkan terbuka itu bertanya sembari mengikuti arah pandang temannya.

"Berisik, Je," balasnya acuh tanpa menjawab pertanyaan sang teman kemudian memasang kembali airpod kirinya.

"Ngeliat mantan toh, eh mantan HTS-an maksudnya, hehehe," balas cowok yang dipanggil 'Je' itu sambil nyengir.

Jericho namanya, cuma panggilan akrabnya adalah Jeje. Pemuda dengan selera humor rendah itu menepuk pundak sang teman yang habis diledeknya tadi, "makanya Rey, lain kali mah pasti-pasti aja. Pacaran ya pacaran, gak usah HTS-an segala, repot 'kan, lo?" ujar Jeje kemudian berlalu, takut ditendang sampai Zimbabwe sama temannya itu.

Reynaldi Afrian Hadinata atau kerap disapa Rey. Pemuda dengan kepribadian cuek, dingin, dan acuh. Tidak neko-neko, kalau iya ya iya, kalau enggak ya enggak. Sedikit keras kepala dengan banyak maunya.

Tiba-tiba ucapan Jeje tadi terngiang-ngiang dikepalanya, kalau dulu ia pertegas hubungannya dengan gadis itu mungkin sekarang gak akan begini kondisi hatinya. Rey orangnya gak suka sesuatu yang gak jelas, tetapi didalam hubungannya sendiri, ia juga tidak jelas.

Nadia. Nama sang gadis masih jelas terpatri dikepalanya. Gadis dengan surai kecokelatan yang bergelombang dibagian ujungnya, senada dengan warna iris netranya. Dua hal yang paling disukainya dari gadis itu.

Rey semakin menenggelamkan wajahnya, memikirkan ucapan Nadia seminggu yang lalu.

'Aku... aku pikir kita udah cukup begini, Rey. Aku gak mau jalanin hubungan begini lagi, aku menunggu, tapi kamu mengabaikannya. Aku cuma mau menyelamatkan hatiku yang tersiksa setiap kali cemburu tanpa bisa kukatakan padamu, aku hanya menyelamatkan kepingannya yang telah terurai. Kamu juga tetap tak akan memberi kepastian, 'kan? Jadi, aku rasa sudah cukup.'

"Haaaaah," Rey menghela napasnya berat. Kalau dipikir-pikir tahan sekali Nadia menjalani hubungan tanpa status itu selama setahun lamanya.

"Rey, dipanggil anu tuh," panggil salah seorang teman sekelas Rey, Aisyah.

"Siapa?"

"Anu... anak basis IPA pokoknya. Sana dah buruan temuin," ucap Aisyah buru-buru sambil memberi tanda agar Rey segera berdiri.

Dengan malas pemuda itu menegakkan badannya, menghampiri seseorang yang mencarinya. Betapa terkejutnya Rey ketika melihat seorang gadis dengan tinggi yang cuma setelinganya itu berdiri dengan gugup di depan kelasnya.

"Nadia?" panggil Rey, gadis itu berbalik secepat kilat menghadap Rey.

"Errr, hai Rey," ujarnya canggung, "aku mau balikin buku kamu, kemarin masih dilokerku.  Habis ini kamu Geografi, 'kan?  Aku panik kirain gurunya udah masuk," gadis itu segera mengembalikan buku Rey.

"Oh iya, Makasih nad," ujar Rey kemudian mengambil buku itu dari tangan Nadia.

Nadia mengangguk kemudian menunduk sedikit, "iya, sama-sama. Aku balik ke kelas, ya?" pamit Nadia diikuti anggukan Rey.

Gadis dengan aroma parfum Roman Wish itu beranjak pergi, Rey masih memandanginya sampai gadis itu hilang dari koridor basis 11 IPS ini.

Aneh. Mereka menjadi orang asing dalam waktu yang sangat singkat.

Hampa. Mendadak ada ruang aneh yang mengisi kisi mereka. Ruang tersebut terasa kosong, tak bernyawa, dan hampa.

"Hampa, Nad. Ternyata selama ini gua terlalu bergantung sama lo," gumam Rey sambil memandangi buku Geografi miliknya yang tertinggal di loker Nadia.














Biar kuberi tahu bagaimana rasanya menjadi hampa.
Biar kutunjukkan bagaimana rasanya selalu merasakannya.

-Zero by Imagine Dragons-







Main Cast:

Main Cast:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














---




second book for #10ChaptersProject
semogaaa sukaaaa ❤

After HTS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang