dengan hoodie kebesarannya itu berguling kesana kemari, dari ujung kasur yang kiri ke ujung kasur yang kanan selama satu menit terakhir. Memikirkan bagaimana agar tidak canggung jika bertemu dengan mas mantan--HTS-an.
Ditatapnya lagi ponsel yang tergeletak tanpa dosa disampingnya, notifikasi dari pemuda yang menyukai kapucino cincau itu masih dipandangnya lekat-lekat.
Reyyy
|Malam ini sibuk, gak?
|Aku mau bicara tentang sesuatu.Aduh, padahal yang ada dipikiran gadis oreo ini bahwa Rey tak akan menyapanya lagi sehingga proses move on yang sudah berjalan selama hampir dua minggu ini lancar jaya.
Nadia. Nama gadis itu, mantan HTS-an seorang Reynaldi. Gadis penyuka oreo segala rasa itu menggigit bibirnya gelisah, ini sebenarnya ada apa?
"Masa dia mau memperjelas hubungan? Bukannya kita sudah berakhir? Arrrggghhh, pusing!" erang gadis itu. Hubungan yang tidak sebentar itu membuat Nadia sampai berpikir tidak tenang gini, padahal dia hanya menduga-duga saja.
Akhirnya tangan itu tergerak membalas chat dari Rey, berpikir sebentar tentang harus ia jawab apa pertanyaan Rey ini. Iya ataukah tidak.
Naddd
Tidak sibuk kok|
Mau berbicara tentang apa?|Sambil memantapkan hatinya, gadis itu menekan tombol kirim. Belum sampai tiga puluh detik pesan itu terkirim, sudah terdengar balasan.
Reyyy
|Aku jemput pukul tujuh, ya?Naddd
Iya|Nadia menghela napasnya berat, bagaimana jika Rey ingin kembali? Tapi, apakah itu mungkin? Jika iya, seberapa besar kemungkinannya?
---
Akhirnya, malam tiba dengan cepat. Mengapa rasanya deg-degan, ya? Seperti dulu ia mengajak Nadia berkomitmen, tapi deg-degannya mendadak jadi lain. Sesuatu... bergemuruh disana--didalam dada Rey.
"Huffttt..." ia menghebuskan napas kemudian memencet bel rumah Nadia, seorang perempuan paruh baya membukakan pintu, ibunya Nadia.
"Eh, Rey? Halo sayang, udah lama, ya, gak main kesini? Kangen mamah tuh," ujar sang ibu kemudian mempersilahkan Rey masuk. Rey senyum doang, iyalah udah lama, 'kan udah lepas komitmennya.
Rey duduk di ruang tamu tempat biasa dia menunggu Nadia. Rey rapi banget hari ini pake kemeja, biasanya pake hoodie atau kausan doang. Tapi, malam ini dia pakai flanel tosca, warna favorit Nadia.
Nadia turun menghampiri Rey, malam ini gadis itu menggunakan rok selutut serta sling bag hitam yang tersampir di bahu kirinya.
"Udah siap?" tanya Rey, Nadia mengangguk tanda membenarkan, "ayo berangkat," ajak Rey.
"Mamah, Nadia pergi dulu, ya?" pamit Nadia menyusul sang ibu di ruang tengah, Rey ikutan buat salim.
"Pergi dulu tante, Nadianya bakal dipulangin dengan selamat sentosa, hehe," ujar Rey sambil cengar-cengir, mendadak pipi Nadia menjadi panas.
"Duh, ayo ah buruan," ajak Nadia. Paham kok si Rey kalau Nadia tengah salting.
"Jangan sampe larut loh, ya? Ponselnya jangan dimatiin," pesan sang ibu yang disahuti anggukan mengerti dari dua insan itu.
Akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan rumah Nadia, malam ini Rey membawa Audi hitamnya. Pemuda ini jarang menggunakan mobilnya, karena Nadia gak suka berkendara pakai mobil.
"Mau kemana, Rey?" tanya Nadia, setelah 5 menit tak ad percakapan antara mereka berdua.
"Main ke daerah bawah," jawab Rey, Nadia paham, itu tempat favorit mereka dulu.
"Mau ngapain, Rey?"
"Lo... cantik, Nad," mendengar jawaban tidak nyambung dari Rey membuat Nadia mengerutkan keningnya heran. Duh, apaan sih?
"Gak nyambung ih jawabannya," kesal Nadia, Rey hanya terkekeh pelan. Nadianya masih tidak berubah sama sekali, ia masih jadi Nadia yang lugu dan polos.
Gak lama Rey memberhentikan mobilnya di McD, mau drive thru.
"Junk food terus ih," komen Nadia, gadis itu tahu betapa tidak sehatnya makanan cepat saji itu.
"Terkahir makan McD mah pas kita pergi ke luar kota, laper aku," ujar Rey, Nadia mengangguk pasrah. Rey keras kepala dan tak ada yang bisa diperbuatnya dengan sifat Rey yang satu itu.
Selesai drive thru, mereka lanjut ke daerah bawah. Nadia suka kalau disini, pemandangannya bagus. Turun dari mobil, Nadia segera duduk dibangku yang ada disana, ikut memakan kentang goreng milik Rey.
"Nad, pengen balik," ujar Rey tiba-tiba, Nadia yang lagi makan kentang goreng langsung tersedak.
"Hah? Gimana?" tanya Nadia.
Rey maju, mengikis jarak antara mereka, dan membawa Nadia ke dekapannya. Otak Nadia menyuruh gadis itu untuk berontak, tapi tubuhnya tak bergeming.
"Nad... gua gak bisa tanpa lo."
"Rey..." akhirnya Nadia bersuara, "gua gak mau jalanin hubungan dengan cara yang sama lagi," lanjut gadis itu pelan--hampir berbisik malah.
"Makanya, biar gua berjuang lagi. Izinin gua," pinta Rey, menatap gadis itu lekat-lekat, menyelami indahnya iris milik Nadia, kemudian mengecup kelopak mata gadis itu singkat.
Padahal tanpa Rey meminta izin, Nadia akan tetap jatuh lagi kedalam pelukan pemuda dingin ini.
Kau mempesona, kau berada didepanku.
Bulan bersinar dimata setengah tertutup dan dicintai.
-XOXO by EXO-Haya-Jeje-Haris
KAMU SEDANG MEMBACA
After HTS ✓
Teen Fiction#10ChaptersProject seri #2 Tentang Rey yang berjuang kembali untuk mendapatkan Nadia. ©winniedepuh, 2020