9. Rehat

331 61 2
                                    

Setelah pelukan singkat itu, Nadia yang masih sesenggukan menatap wajah runcing milik pemuda didepannya ini. Tatapan Rey teduh seperti biasa, seolah mengisyaratkan Nadia bahwa tak akan ada yang terjadi.

Mata mereka saling memandang lekat hingga tangan putih milik Rey menyapu bersih semua air mata yang berjejak dipipi gembul Nadia. Gadis itu menarik ingusnya karena sudah menangis cukup lama, sampai-sampai baju Rey menjadi basah.

"Maaf, ya? Bajunya jadi basah," ujar Nadia meneyesal sembari menatap nanar baju Rey pada bagian dadanya, jelas sekali terlihat basah disana.

"Gak apa, lagian kenapa harus nangis, sih? Salah aku yang gak pernah cerita sama kamu," Rey menunduk sambil melihat kearah bajunya.

Tak mendapat respon apapun dari Nadia membuat pemuda itu segera melihat kearah gadis itu, Nadia dengan bibir manyunnya tengah menatap Rey kini. Sungguh, gemas sekali. Ingin rasanya Rey menerkam gadis itu sekarang juga. Kenapa ada manusia selucu Nadia di dunia ini? Membuat jantung Rey tidak sehat saja.

"Karena aku gak pernah nanya makanya kamu gak cerita," balas Nadia masih menyalahkan dirinya sendiri, membuat Rey menghela napas. Sudah berkali-kali dikatakan bahwa ini bukan salah Nadia, tapi gadis itu tetap saja bertahan dengan perasaan kerasnya.

"Ini bukan salah kamu, oke? Kita berhenti berdebat," final Rey membuat Nadia hanya mengangguk dengan sedikit takut, "tunggu disini sebentar," lanjut Rey kemudian berdiri dan segera meninggalkan Nadia, bahkan gadis itu belum sempat bertanya Rey ingin kemana, pemuda itu sudah berlalu saja dari. pandangan Nadia.

Nadia mengembuskan napas lega, meski perasaannya campur aduk karena belum mendapat jawaban yang pasti dari Rey. Mata jelaganya menatap kearah ramainya taman ini, mencoba menghilangkan kebosananan.

Lapangan hijau yang ditambah ayunan, bangku, meja, dan lain-lainnya tampak teduh. Pohon-pohon raksasa menjulang keatas membuat kesan alami yang kuat, padahal taman ini berada ditengah kota.

Tak ada duka disini, air muka setiap orang yang datang memunculkan kurva sabit. Mentertawakan balon yang lepas menuju langit, permen kapas yang tidak terasa sudah habis, dan masih banyak kejadian biasa-biasa saja berubah menjadi tawa bahagia disini. Nadia suka duduk disini, mengamati tiap orang yang datang membawa keluarga mereka tertawa seperti tak ada hari esok, menikmati pemandangan ibu yang bermain bersama buah hati mereka, serta memproyeksi tiap anak-anak dengan tawa bahagia mereka. Hingga membuat Nadia tidak sadar kalau sedari tadi ia tersenyum.

Rey yang sehabis membelikan dua cup eskrim berhenti, Nadia dengan senyum mataharinya merupakan objek favorit Rey. Manik Rey mengikuti arah pandang Nadia, ternyata gadis itu sedang memperhatikan anak-anak yang tertawa sambil meledek. Membuat kurva sabit muncul juga diwajah Rey.

Pemuda itu segera menghampiri gadisnya yang masih sibuk memperhatikan dengan seksama anak-anak itu, "permisi, eskrim, " ujar Rey membuyarkan lamunan Nadia.

"Eskrim!!" pekik Nadia layaknya anak kecil yang sangat tergila-gila dengan desert satu ini. Tangan Nadia segera meraih satu cup es krim ditangan Rey, moodnya terasa kembali meski baru saja melihat eskrim itu. Bagaimana jika sudah dicoba nanti?

"Pelan-pelan makannya," ujar Rey memperingati Nadia yang dibalas anggukan antusias oleh gadis itu.

Sesekali tangan ringkih Rey akan meraih sudut bibir Nadia yang belepotan karena eskrim, membuat Nadia tersenyum malu, "kaya anak kecil ya, aku makannya?"

"Gak pa-pa, aku suka," Rey mengacak pelan rambut Nadia. Beneran deh ini yang diacak rambutnya, yang berantakan malah hatinya.

"Enak banget eskrimnya,!" ujar Nadia antusias.

"Banget?"

"Iya!!" Rey terkekeh mendengar respon Nadia yang ini, persis seperti anak TK.

"Nad?" panggil Rey.

"Hmm?"

"Terimakasih."

"Buat?" tanya Nadia bingung, karena ia merasa bahwa tidak melakukan apapun untuk menolong Rey.

"Terimakasih sudah peduli pada perasaanku. Istirahat ya, Nad? Pasti nangis tadi bikin capek.

Tolong dong ini, Rey. Nadia mau nangis lagi rasanya.











Tenangkan hati, semua ini bukan salahmu.
Jangan berhenti, yang kau takutkan tak akan terjadi.

- Rehat by Kunto Aji -

---

selamat pagi semuaaa 🌸🌸🌸

After HTS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang