7

124 20 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gadis itu tampak amat kesal. Sedari tadi yang dilakukannya selalu menggunakan emosi meledaknya. Mulai dari menutup pintu kamar mandi sampai mencuci piring, ia menggunakan tenaga berlebih. Bukan karena senang atau bahagia. Melainkan jengkel kerena Yoongi tak mengizinkannya untuk meliburkan diri lagi.

"Jangan mengkhawatirkanku. Aku akan baik-baik saja dirumah."

Finalnya, gadis itu memajukan bibirnya sebal. Rasa khawatir yang menimpanya atas luka yang ada di kaki Yoongi masih bersarang di dadanya. Rasanya ia agak ragu jika harus berjauhan dengan ahjussi-nya itu. Apalagi pria itu tinggal sendirian dirumah.

Sangking kesalnya, ia menolak uang dari Yoongi yang katanya untuk naik taksi, atau minimal naik bus. Ia lebih memilih berjalan kaki. Tak peduli jika matahari pagi dan angin dingin masih bergelayut menyentuh kulitnya. Sepasang tungkai jenjang itu terus melangkah berat diiringi tarikan napas kesal dengan bibir tebal yang masih terlihat maju beberapa mili. Tentu terlihat lucu mengingat banyak pasang mata yang kebetulan melewati gadis itu yang diam-diam menahan tawa atas wajah kesalnya.

Jirae menghentikan langkahnya untuk beberapa saat ketika ia sampai didepan cafetaria yang menjual es krim cokelat favoritnya.

"Ponselku."

Jirae itu memang gadis yang sangat ceroboh. Ia mudah sekali melupakan sesuatu dan meninggalkan benda penting disembarang tempat. Untuk yang satu itu, Yoongi mulai sebal. Pasalnya, gadis itu sangat mudah sekali meletakkan benda penting dimana-mana, apalagi kalau masalah buku. Jirae sering sekali merengek pada Yoongi untuk membantunya mencari buku tugas yang esok harinya harus terkumpul di meja guru.

Kalau tadi ada buku tugas, sekarang ponsel. Jirae meninggalkannya disana. Diatas bangku cafetaria yang dua hari lalu ia tempati. "Ah, joisonghamnida. Aku ingin bertanya, apa kau melihat sebuah ponsel diatas meja nomer lima kemarin lusa?" Tanyanya sopan pada salah satu karyawan.

"Maaf nona. Dari kemarin kami belum mendapatkan laporan barang hilang disini."

Jirae mencebikkan bibirnya sedih. Ponsel itu adalah benda berharga yang dibelikan oleh Jimin. Bagaimana mungkin ia bisa dengan mudahnya menghilangkan benda itu? Jika Yoongi tahu, sudah dapat dipastikan ia akan kena marah dan tak akan lagi mendapatkan ponsel serupa.

"Kamsahabnida." Ia membungkuk sebelum akhirnya melangkah keluar dari cafetaria, lantas menghela napas berat. Pagi hari kejadian sial sudah menimpanya.

Dengan langkah lemas, ia kembali berjalan lunglai menuju gerbang sekolahnya yang tanpa sadar hanya terbuka setengah. Itu artinya ia ada diambang waktu terlambatnya. Astaga, gawat. Dan dengan kekuatan seribu langkah, ia bergegas menerobos gerbang dan sialnya lagi ia menabrak seseorang hingga keduanya terjatuh dipinggir lapangan.

YOON AHJUSSI [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang