Fragmen 5. Renjana Birahi

17.5K 352 25
                                    

Jangan masukkan cerita ini ke daftar bacaan 18+ ente!

Jangan malu vote dan komen (nulisnya lama ini cuk)

Jangan lupa follow akun ini dan akun serep JayaSuporno

_____________________________________________

Deru air. Desah nafas yang memburu. Perlahan-lahan gendang telinga Kinan mulai mampu menangkapi frekuensi suara lain di luar getar jantungnya sendiri. Sepasang mata Kinan berkerejap lemah, berusaha memunguti satu-persatu kepingan akal sehatnya yang berhamburan dihantam godam birahi. Langit senja kini hanya bersisa lembayung jingga keruh yang membayang di atas riak air. Dan dengung suara burung dara yang melayang rendah di cakrawala pertanda bahwa tak lama lagi Sang Surya akan kembali ke peraduannya.

Kinan mendapati dirinya berada dalam himpitan tubuh telanjang seorang pemuda desa. Dari lubang anusnya masih menggumpal cairan putih kental yang meleleh jatuh hingga belahan tembem kewanitaannya. Kilapan segar peju kenikmatan tampak bermanik-manik menghiasi bongkahan pantat dan paha mulus Kinan yang ditimpa sinar matahari senja.

Sampai saat-saat terakhir, Gede Panjul masih berupaya keras mempenetrasi liang kawin Kinan, menggesek-gesekkan selangkangannya di belahan pantat montok sang gadis dengan brutal, sebelum akhirnya sadar bahwa birahinya harus tunduk pada reaksi fisiologis tubuhnya sendiri. Batang pusaka yang tadinya berdiri tegak perkasa kini menjelma tidak lebih besar dari sebatang pisang susu yang tak memiliki daya apapun selain mengkerut sia-sia di sela-sela bongkahan pantat gadis montok itu.

Sungguh, Kinan pun tak tahu harus bagaimana cara menghadapi situasi yang serba canggung ini. Kinan bahkan tak tahu bagaimana cara menghadapi reaksi yang berkecamuk dalam dirinya sendiri. Rasa marah, jengah, malu, sekaligus juga gairah yang saling bersenyawa justru menyemburatkan rona-rona erotis di pipi chubby gadis berwajah manis itu. Cumbuan tanpa orgasme yang diberikan Gede Panjul tak menyisakan apapun bagi Kinan selain liang senggama yang masih berkedut-kedut menuntut kenikmatan yang mutual.

Remaja berdada sintal itu menggeliat pelan, melepaskan diri dari himpitan tubuh Gede Panjul yang agaknya belum sadar betul dari badai orgasmenya. Lalu tanpa tambahan sepatah katapun, Kinan beringsut masuk ke dalam aliran sungai. Merendam tubuhnya hingga sebatas dada dan membasuh benih-benih kental yang berceceran di atas pantat sekalnya.

Ini sudah kelewatan, batin Kinan. Bagaimana bisa ia membiarkan seorang pemuda desa yang baru satu jam dikenalnya berejakulasi di dalam lubang pembuangannya? Bagaimana kalau benih Gede Panjul tak sengaja meleleh masuk ke dalam rahimnya? Bagaimana kalau dirinya hamil?!

"Aduh, adik... pepek-nya kakak kamu apain sampai belepotan begini...? kalau kakak sampai hamil gimana?" gerutu Kinan sambil berjongkok menceboki selangkangan. Benih kental berwarna putih lengket belum mau terlepas dari helaian rambut pubisnya meski sudah dibasuh berkali-kali.

"Kak... saya... saya benaran kelepasan... saya jangan dilaporkan sama Pak Kelian, ya...," Gede Panjul berkata panik, sama sekali oblivious dengan kegundahan sang gadis.

"Hu-uh... Kamu itu! Orang lagi enak-enak mandi juga!" omel Kinan pura-pura.

Gadis manis itu menggembungkan pipinya yang lucu. Antara menyesal, sebal, tapi juga diikuti sedikit rona-rona bahagia yang terlihat jelas dari sepasang bibir yang tak bisa menahan senyum melihat ekspresi Gede Panjul yang sepertinya benar-benar merasa bersalah.

Naked Adventure ™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang