Fragmen 6. Bidadari Telanjang yang Kehilangan Selendang

12.1K 272 9
                                    

Jangan masukkan cerita ini ke daftar bacaan 18+ ente!

Jangan malu vote dan komen (nulisnya lama ini cuk)

Jangan lupa follow akun ini dan akun JayaSuporno

_____________________________________________

Cahaya bulan pucat yang temaram di langit barat tak banyak menolong Kinan untuk menemukan pȧkȧïȧnnya. Juga semak-semak keladi yang lebih suka menggesek-gesek area berbülü di pȧngkȧl pȧhȧ ketimbang membantu. Angin dingin mengendapkan uap air dari pegunungan di utara menjadi partikel-partikel embun yang melayang rendah di udara, menyelimuti tübüh tėlàṅjàṅg Kinan dȧlȧm butiran-butiran keperakan yang berkilat-kilat ditimpa sinar kebiruan.

Keringat dingin mulai membȧsȧhi wajah mȧnïs Kinan. Sudah setengah jam anak itu mėrȧngkak-rangkak tėlàṅjàṅg di antara semak-semak, mencari-cari tas ransel yang berisi pȧkȧïȧn, dompet, berikut tanda pengenal dan kunci motornya, tapi yang ditemukannya hanyalah semak-semak talas dan keladi. Mungkin salah ingat, batin Kinan menghibur diri. Tapi dirinya ingat betul, di ceruk batu di antara dua pohon kelapa itulah dia meletakkan ransel kanvas berwarna marun di dȧlȧmnya, tapi kenapa... Aduuuh, masa hilang beneran, sih? batin Kinan panik karena kebohongannya jadi kenyataan.

Kinan menyusut setitik air dari sudut matanya, matian-matian menahan diri agar jangan sampai menangis, tetapi ketika menyadari bahwa sepeda motor Grand Astrea-nya juga ikut lenyap dari tempat parkir, barulah tangis Kinan pecah sejadi-jadinya. Kinan terduduk lemas di antara semak keladi. Tungkai-tungkainya mendȧdȧk kehilangan tenaga bahkan untuk tetap tegak berdiri. Konsentrasi asam laktat yang bertumpuk-tumpuk dȧlȧm otot luriknya ditambah kadar glukosa yang menurun drastis karena belum makan sejak siang membuat Kinan hanya mampu meringkuk tersedan-sedan di bawah pohon pisang.

Seharusnya Kinan sadar sejak awal. Bahwa kenïkmȧtan yang didapatnya ketika memamerkan aürȧt tidak lantas datang tanpa resiko sama sėkȧli. Ada harga yang harus dibayar untuk mengecap nïkmȧtnya sensasi bertėlàṅjàṅg bulat di tempat yang tidak semestinya -juga untuk keputusan Kinan untuk meninggalkan pȧkȧïȧn dan berjalan tanpa büsȧnȧ jauh ke dȧlȧm hutan− yang kini disesalinya.

Kinan menggigil gemetar, meringkuk dan memeluk pȧhȧnya yang ditekuk di depan dȧdȧ erat-erat untuk meratakan panas tübüh agar tidak terlanda hipotermia. Bȧtȧng-bȧtȧng pohon pisang berfungsi sebagai naungan agar angin malam tidak langsung menyengat kulitnya, tapi tetap saja tübühnya yang tak ditutupi sėhėlȧï bėnȧngpun tak mampu menahan suhu udara yang perlahan turun menuju titik beku.

Angin malam yang turun dari lereng Gunung Batur membawa serta kabut tipis yang perlahan membungkus bulir-bulir padi dȧlȧm warna kelabu yang monokrom. Langit pucat yang nyaris tak berpelita mulai disepuh oleh tirai halimun, membuat deretan pohon kepuh randu di kejauhan tampak sebagai siluet yang mengayun-ayun ganjil.

Sekawanan kalong terbang dari sarangnya di dȧlȧm gulungan daun pisang yang belum terbuka, lalu mengepak angkuh dȧlȧm naungan pucuk-pucuk pohon aren dan membentuk bayangan gelap di bawah temaram rembulan. Kinan bisa mendengar mamalia bersayap itu mencicit di atas kepalanya disüsül lolongan anjing yang saling menyalak di kejauhan. Malam telah gelap sempurna, dan makhluk-makhluk nokturnal satu-persatu bangkit dari tidur panjangnya; celepuk, burung bence, juga sepasang luwak yang menggeram sayup dari dȧlȧm hutan. Dengan jelas gendang tėlïnga Kinan menangkap itu semua, segenap makhluk kegelapan yang tersamar di balik suara tangisannya sendiri. Selebihnya adalah keheningan yang soliter, pertanda bahwa saat ini bumi bukan lagi kepunyaan mȧnüsia sepenuhnya.

Tak ada seorangpun yang sudi keluyuran di waktu-waktu itu, sungguh. Berkeliaran di tengah hutan di jam-jam seperti ini sama saja seperti menyediakan diri untuk dimangsa oleh Betara Kala. Kinan mendȧdȧk teringat pada cerita nenek dari keluarga Bali-nya tentang Calonarang, janda sakti dari Dirah yang gemar menghisap darah dan menyembelih mayat untuk diambil organ dȧlȧmnya dan dijadikan perhiasan. Bersama murid-muridnya, Calonarang menari di bawah pohon kepuh di pekuburan untuk memuja Betari Durga. Ngereh, dan ngelekas −berubah wujud menjadi raksasa bercaling dan berkuku panjang yang menebarkan wabah kolera di kerajaan Daha.

Naked Adventure ™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang