Fragmen 20. Telanjang Selamanya

17.1K 455 173
                                    

Episode ini sebanya 12.500 kata (rata-rata apdetan normal 1500-2000 kata) dan ditulis selama dua minggu penuh dedikasi. Hargai jerih payah penulis dengan memencet tombol bintang, dan follow akun Jaya_Suporno dan JayaSuporno.

_______________________________________

Siska mendapati dirinya terbangun di sebüȧh tanah lapang, tėlȧnjȧng, dan satu-satunya benda yang menempel di kulitnya adalah pasung kayu yang melingkar berat di leher. Rantai besi besar terhubung dengan sebüȧh tugu batu besar di tengahnya, terbuat dari satu bongkahan utuh yang sepertinya memang digunakan sebagai tempat hukuman.

Tirap dari daun kelapa disangga empat tiang kayu seadanya, berongga dan meneteskan titik-titik hujan di atas tübühnya. Warga desa cukup baik hati untuk menyalakan sebüȧh unggunan api sebagai pendiangan. Baranya menyisa nyala kemerahan yang bergemeretak sesėkȧli menebarkan panas yang radian ke sekujur kulit Siska yang tėlȧnjȧng.

Warna ungu di ufuk timur pertanda matahari mulai mendekat ke cakrawala. Jam 4 dini hari? Jam 5 pagi? Siska tak tahu pasti. Remaja malang itu menggeliat bangkit. Berbaring di tanah kėrȧs membuat sekujur otot-ototnya terasa sakit di sana sini. Beruntung, suhu udara yang berada 15 derajat dari titik beku membuat nyamuk dan kepinding lebih memilih mencari mangsa di dataran rendah sana.

Siska mengibas setengah wajahnya yang berdebu, diseret dalam keadaan bȧsȧh kuyup membuat setengah tübüh molek remaja ibukota itu diliputi oleh lumpur yang mengering. Matanya belek'an, rambut pendeknya acak-acakan, kalau begini rasanya ia mirip dengan pengidap gangguan jiwa beneran!

Menyadari ketėlȧnjȧngannya, Siska refleks menekuk lutut dan memeluk pȧhȧnya erat-erat, bergelung seperti trenggiling dan meringkuk di dinding batu. Tiga orang bapak-bapak bertugas jaga merokok klobot tak jauh dari mereka, tersenyum cȧbül begitu menyadari sang tawanan yang terbangun. Siska menekap dȧdȧnya rapat-rapat, menutupi bagian-bagian tübüh yang disukai lelaki.

Sementara Kinan tampak lebih pasrah menerima nasibnya. Anak itu hanya duduk berselonjor di dinding batu besar tanpa berusaha menutupi bagian-bagian ïntïm tübühnya sama sėkȧli. Kulit Kinan belepotan lumpur, rambutnya acak-acakan, tatapannya kosong dan jatuh pada garis imajiner antara langit dan cakrawala.

"Kinan, aku takut."

"Jangan khawatir, Leo dan Badeng pasti akan mencari kita, kita tidak mungkin tidak ditemukan," ia terdiam sesaat, "kecuali jika kau memang menginginkan yang sebaliknya...."

"Siapa bilang? Aku ingin pulang, Kinan...."

"Bukankah ini yang kau inginkan? Melarikan diri dari kehidupanmu? Tėlȧnjȧng bulat selamanya?"

Siska merinding, setengah karena jerih membayangkan nasibnya kelak, setengahnya lagi karena ada sisi gelap dalam dirinya yang menyambut gembira pikiran-pikiran gila itu.

= = = = = = = = = = = = = = = = = =

Desa itu terletak di lereng gunung dan dikurung tebing dan jurang. Pohon-pohon pinus berukuran raksasa menjulang di antara atap-atap rumbia bak benteng pertahanan alami yang menutup diri dari dunia luar. Kabut tebal masih terlihat, dan matahari yang merangkak dari cakrawala mewujudkan diri sebagai bola merah darah yang mengintip dari balik gumpalan awan.

Satu persatu warga desa terpencil itu bangkit dari pembaringan dan menyalakan perapian. Terdengar suara lumpang yang ditumbuk di sana-sini bersama siluet-siluet bermunculan ke jalanan yang sunyi.

Mereka sepertinya bekerja sebagai buruh tani di desa-desa di selatan. Beberapa lagi menjual hasil bumi umbi-umbian dan beternak babi. Prianya hanya menggunakan cawat untuk menutupi area kehormatan, sementara ibu-ibu dan remaja wanita tidak lebih tėlȧnjȧng dari mereka dengan bagian dȧdȧ yang dibiarkan terbuka..

Naked Adventure ™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang