Ana POV.
Walau aku kesal, aku tidak bisa menghilangkan binar gembira karena berada di pantai. Aku cinta sinar matahari. Cinta dengan rasa kulitku yang dihangatkan, udara yang berhembus, serta banyaknya pengunjung yang memadatinya.
Aku senang dengan keramaian yang damai seperti ini.
Pesta kecil yang diselenggarakan oleh salah satu sahabat Annie, kira-kira namanya berawal Len- setelah itu teringat samar, sulit bagiku mengingat nama orang yang tidak berarti-, berlokasikan dipantai yang sejuk. Pantai yang selama ini ingin kukunjungi dan belum terealisasikan karena masalah waktu. Aku sungguh-sungguh berterima kasih pada Annie karena menyertakan diriku dalam undangannya, Well, aku akan membelikannya kutek bewarna merah yang sedang dia incar seminggu ini sebagai ucapan terima kasih, setidaknya.
Aku menunduk, menatap kakiku yang berlumuran pasir. Bikini merah yang kupakai -warna pelacur- hahahaha-, menarik beberapa pengunjung lain bahkan teman sekampus priaku. Annie memutar bola matanya ketika aku membuka jaket lusuhku. Dia mengangguk mencela tetapi terlihat geli melihat tampilanku. Dia sendiri tak kalah hebohnya denganku. Dadanya hanya ditutupi dibagian putingnya saja. Betapa kencang payudaranya, membuatku sedikit iri, Eric, si tampan bermata kodok berdiri disisinya seperti anjing peliharaan yang setia. Aku masih tidak percaya pada hubungan mereka. Bahkan aku belum memberikan persetujuan resmi, dan apa peduli Annie, dia tetap bersikeras berpacaran dengan pangeran kodok itu.
Melihat kekiri dan kekanan. Aku berdiri sendirian. Yang lainnya, setelah acara tiup lilin dan memotong kue lalu berpindah acara lempar melempar kue, sudah tenggelam didalam air pantai yang mungkin hangat.
Semua ini terasa sempurna, sayang kesempurnaan itu dirusak Kris.
Aku menggeleng sedih, dia ada diujung pantai, dikelilingi para pengagum.
Tanpa baju hanya celana pendek. Tebakanku benar tentang perut kotak-kotaknya. Aku tidak bisa menghitung kotaknya, tapi kuyakini jumlahnya lumayan banyak. Dikedua sisi tubuhnya sudah ada lengan yang bergelayut manja. Didepan dan dibelakangnya ada juga, membelai tubuhnya. Yuks, menjijikkan.
Dia tampak bangga dan ANGKUH dan menikmati perhatian itu.
Dia mendongak, sejenak mata kami terkunci dan dia mengedipkan mata padaku.
“Brengsek.” Kataku pelan, berharap dia bisa membaca gerak bibirku.
Aku berjalan, menggerai rambut kuncir satuku. Angin membawanya terbang kebelakang. Aku tertawa senang.
Aku menendang-nendang air dengan kakiku. Menyenangkan sekali merasakan air hangat membalutinya. Pasir terasa menggelitik, aku tertawa puas dan keras. Aku menunduk, menggapai dengan jemari, aku ingin berenang.
“Aku senang kau tidak lari.”
Senyumku menghilang. Aku berdiri tegak dan memejamkan mata.
“Apa kau sengaja membusungkan dada untuk menggodaku?” Tanya Kris dengan suara parau.
“Maumu!” Kataku sengit dan tetap membusungkan dada. Aku berhak melakukan apapun yang kuinginkan. Memamerkan aset berhargaku, itu bukan urusannya.
“Jelas itu mauku Ana. Aku sudah membayangkannya berkali-kali. Bahkan memimpikannya.”
Aku menelan ludahku sulit.
“Kau terlihat sangat seksi dengan warna merah itu Ana,” dia berbisik didekat telingaku. Aku terkesiap dan menjauh darinya. Suaranya menjadi rendah dan sialan, seksi.
Dengan enggan aku mendongak menatapnya. Dan bibirku kering. Dengan jarak seperti ini aku bisa jelas melihat tubuhnya. Dada bidang, perut kotak, lengan kekar, belum lagi celana pendek yang menggantung dipinggangnya. Aku melihat tulang berbentuk V didaerah bawah panggulnya. Dia seksi. Kristian Portis. Mr. Angkuh yang tampan dan seksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. TAMPAN [END]
Teen FictionSi angkuh tampan ini mungkin tidak pernah ditolak. Yah, benar. Si angkuh ini belum pernah ditolak. Dia super tampan dan dia kaya raya, tapi yang benar saja, dia tipe pria yang paling tidak kusuka!!!!! Kencan dengannya? Well, silahkan dia bermimpi. T...