ANA POV.
Senyum ibuku menghilang setelah melihat tampilan putrinya yang spektakuler.
"Aku tidak ingin membicarakannya."
Aku masuk melewatinya dan percuma, aku tidak bisa lolos darinya. Dia menahan lenganku, menarik paksa dan menjatuhkan tubuhku ke sofa. Ibuku duduk di depanku menyilangkan tangan, dengan mata berspekulasi sangat tajam serta menyelidik.
"Apa yang terjadi?"
"Tidak ada." Jawabku menghindari matanya.
"Illiana."
Ugh! Aku benci jika dia memanggilku dengan nama dan nada seperti itu. Aku tidak memecahkan kaca rumah siapapun. Aku tidak melakukan kesalahan apapun. Aku korban disini. Dia tidak boleh memanggilku seakan aku tersangka utama dalam serial pembunuhan.
"Please, aku tidak dalam kondisi yang bisa menjelaskan. Aku lelah, aku ingin tidur,"
Aku ingin menangis,
Sialan, jangan cengeng! Bagaimana bisa perasaanku mengkianatiku seperti ini.
Logikaku tidak sejalan dengan perasaanku, mereka berselisih paham dan sekarang sedang bertengkar hebat. Tuan logika ingin tidur, dan nona perasaan ingin menangis. Silahkan kalian adu jotos. Aku lelah.
"Apa Kris mencampakkanmu?" Mata ibuku membulat, dia menekan dadanya. "OH, Ana! Aku sudah mengingatkan! Sudah kukatakan agar kau memakai gaun dan membeli heels." Dia histeris. "Kau tidak akan memiliki kesempatan seperti ini lagi, Ana. Kris adalah tangkapan yang hebat."
"Oh, Ma. Tolong! Dia tidak akan menjadi tangkapan hebat buatku."
"Apa yang kau racaukan? Jelas dia yang terhebat. Kurang apa lagi dia, Ana? Dia pria yang manis dan baik."
Dia kaya, Ma.
Selain itu, dia manwhore. Dia penjahat kelamin. Dia penghancur hati. Dia tipe pria yang tidak akan mau terikat dengan satu wanita saja.
Dan aku bodohnya terhanyut, tenggelam pada danau yang sama seperti wanita-wanita lainnya. Aku tidak bisa mencegahnya. Dia begitu sempurna, godaan yang tidak bisa kutolak walau aku telah bersikeras menamengi diri dan membuat dinding batu yang tebal.
Sekarang saja dia membuatku gundah dengan keputusan yang kubuat. Dia membuatku merasa sangat bersalah dan kejam.
Aku sangat sakit hati ketika dia tidak mau memandangku dan berbicara padaku. Aku begitu kecewa ketika dia tidak mau duduk bersebelahan denganku di dalam mobil.
Perlahan aku memang berharap, dan itu membuatku membenci diriku sendiri. Kris mengacaukan prinsip hidupku.
Aku tidak bisa berpikir sekarang.
"Aku ingin tidur." Aku memelas, berdiri sedikit goyah.
"Kau yakin kau baik-baik saja? Tidak ada yang ingin kau bicarakan?" Ibuku menahan lenganku.
Aku menggeleng, menarik tanganku dan memutari sofa, "Aku baik, Ma. Hanya sedkit lelah."
Too much pressure!
Aku menaiki dua anak tangga sekaligus, membanting pintu, melempar tas di atas ranjang.
Aku merasakan gejolak panas di dadaku. Ini gawat.
Aku akan berubah anarkis.
Setelah sendirian, aku tidak ingin tidur. Otakku berputar-putar.
Aku ingin menyelesaikan ini sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. TAMPAN [END]
Teen FictionSi angkuh tampan ini mungkin tidak pernah ditolak. Yah, benar. Si angkuh ini belum pernah ditolak. Dia super tampan dan dia kaya raya, tapi yang benar saja, dia tipe pria yang paling tidak kusuka!!!!! Kencan dengannya? Well, silahkan dia bermimpi. T...