7

2.4K 219 0
                                    


🦁

"Huek-- huek--"

"Eungh"

Aku terbangun saat mendengar suara suara aneh dari arah kamar mandi. Itu seperti suara---Mark? Aku membalikkan tubuhku dan benar aku tidak mendapati suamiku di ranjang. Dengan segera aku bangkit dan menyusulnya ke kamar mandi.

"Huek--Huek"

"Mark? Sayang? Buka pintunya."

Aku mengetuk pintunya dan Mark tidak menuruti perintahku. Suara aneh itu semakin kerap terdengar.

"Huek--"

Dengan cepat kucoba membuka pintu. Gotcha! Syukurlah ternyata Mark tidak menguncinya.

"Astaga Mark!"

Mataku membulat sempurna saat melihat Mark terduduk lemah disamping closet yang terbuka. Wajahnya pucat, dan sedikit berkeringat.

"By--" lirihnya

"Sayang ada apa? Hm? Apa yang terjadi?" tanyaku bertubi dan pria itu hanya menggeleng pelan.

"Aku mual dan ingin muntah. Tapi yang ku muntah kan hanya air." jelasnya lirih.

"Kau sanggup berdiri?" ia hanya mengangguk.

Aku membantunya berdiri dan memapah kembali menuju ranjang.

"Sebentar, aku buatkan teh. Tunggu disini, hmm?" lagi lagi ia hanya mengangguk dan memejamkan matanya.

Tidak lama, aku segera kembali menuju kamar kami setelah membuatkannya teh.

"Sayang, bangunlah sebentar. Minum tehnya agar mualmu hilang."

"Maaf, aku merepotkan." aku tersenyum tipis karena mendengar ucapan maafnya.

"Tidak. Sekarang minumlah."

"Sudah, hmm?"

"Sudah." jawabnya lirih.

"Tidurlah kembali. Masih cukup lama untuk menjelang pagi."

Aku mengangkat kedua alisku saat melihat pergerakan Mark merendahkan tubuhnya tepat dihadapan perutku dan tak lupa melingkarkan tangannya.

"Aku ingin tidur didekat perutmu." Oh astaga. Hal aneh apalagi ini. Aku hanya mengiyakan keinginannya.

"Tidurlah dengan nyenyak, sayang." tanganku terarah untuk mengusap usap rambut halusnya.

***

Aku sedang menyiapkan sarapan untuk Mark. Tumben sekali pria itu belum juga menunjukkan batang hidungnya. Apa ia masih mual? Sepertinya tidak. Wajahnya saja terlihat lebih segar daripada saat ia muntah tadi.

Setelah menaruh makanan diatas meja, aku segera melangkahkan kaki menuju kamar kami. Oh Ya Tuhan, apalagi ini. Kamar yang baru saja ku tinggal tiga puluh menit yang lalu sudah berbentuk seperti kapal pecah. Astaga, apalagi yang terjadi pada bayi singa itu Tuhan. Okay! Sekuat hati aku menahan amarahku padanya.

"Mark? What-- oh aku tidak bisa berkata lagi." ujarku

Ia menunduk takut. "M-maaf by. Aku--aku hanya mencari dasi yang kubeli di Canada dua bulan lalu. Tapi tidak kunjung kutemukan." cicitnya

Aku menghela nafas pelan dan berjalan menghampirinya. "Mengapa tidak meminta bantuan ku, hmm? 'Kan aku bisa mencarikan itu untukmu sayang." ujarku lembut.

He Is Mark Lee [Short Story] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang