"Stop, James!" Flora mendorong tubuh pria yang tengah mendekapnya. Napas keduanya terengah-engah.
Pria bernama James itu menampakkan sorot mata kecewa. "Come on! Kita sudah menjalin hubungan selama satu tahun tapi kenapa kau masih saja tidak mau melakukannya denganku?"
Flora mencoba menetralkan napas sembari merapikan rambutnya yang berantakan. Lagi-lagi, mereka hampir melampaui batas. Beruntung, sisa-sisa kewarasan Flora membuat gadis itu segera sadar dari ciuman kekasihnya yang memabukkan.
"Berapa kali harus kubilang, tolong bersabar sampai kita menikah.
James berdecak. "Kita sama-sama sudah dewasa, Flo."
"Ini bukan masalah masih kecil atau sudah dewasa, tapi ini mengenai sebuah prinsip. Ayolah, kita buat malam pengantin kita nanti menjadi sesuatu yang special."
"Kau sangat menyiksaku, Flo!"
James hampir saja mencium Flora lagi, jika saja ponsel gadis itu tidak berdering. Flora menaikkan kedua alis, lantas bergerak ke meja di sudut ruangan. Tangannya mengacak isi tas dan mengambil benda pipih berlogo apel. Nama Romeo terpampang di sana.
"Ya, Romeo? Please, ini baru jam 9 malam dan kau menyuruhku pulang? Aku bukan anak kecil lagi!" protes Flora keberatan.
Namun, seketika wajahnya berubah pias saat Romeo membuka suara. Papa dan Mama kecelakaan, kondisinya sangat parah dan sekarang dirawat di ruang ICU.
Tubuh Flora gemetar. Ini tidak mungkin! Dua jam yang lalu bahkan Papa menelepon Flora agar tidak pulang larut malam. Lalu sekarang apa?
"Are you okay, Baby?" James menyentuh pundak kekasihnya.
"Mama dan Papa kecelakaan."
"Astaga, semoga mereka baik-baik saja."
"Kondisinya kritis. Aku takut, James!" Flora menangkup wajah.
Kecemasan Flora bukanlah tanpa alasan. Satu bulan yang lalu, kakak tertuanya juga mengalami hal yang sama, bahkan lebih parah. Mobil yang dikendarai masuk ke dasar jurang dan terbakar. Jasadnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Dan jika sekarang Mama dan Papa mengalami hal yang sama, bagaimana jika nasib mereka sama tragisnya dengan nasib kakak tertua Flora. Ah, Flora takut kehilangan kedua orang tuanya.
"Antarkan aku ke rumah sakit sekarang!" Flora bergegas memakai sweater dan mengusap air mata.
***
Aroma tanah basah dan aroma bunga berbaur menjadi satu. Langit mendung, dan rintik hujan enggan berhenti membasahi bumi, mengiringi duka di pagi hari.
Sudah hampir tiga puluh menit Flora bersimpuh di samping makam kedua orang tuanya. Ia tidak percaya jika Papa dan Mama akan pergi secepat ini. Ya, setelah sebulan yang lalu Flora harus kehilangan kakak tertuanya, kini duka kembali menyelimuti keluarganya.
"Kita pulang, Flo. Biarkan Mama dan Papa tenang di alamnya." Romeo menyentuh bahu Flora, sementara tangan kanannya memegang sebuah payung hitam.
Gadis itu hanya menggeleng lemah. Matanya sembab, hidungnya memerah. Sejak semalam, ia tidak berhenti menangis.
Selama ini, ia begitu dekat dengan kedua orang tuanya. Sebagai satu-satunya anak perempuan di keluarga mereka, Flora menjadi putri kesayangan Papa dan Mama. Mereka sangat memanjakan Flora, selalu menuruti apa pun keinginan putrinya.
Sekarang, Mama dan Papa sudah pergi. Flora ragu, apakah ia bisa menjalani hari-hari tanpa mereka? Ia memang memiliki Romeo, akan tetapi pria itu jelas tidak bisa menggantikan posisi Mama dan Papa dalam kehidupan Flora.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow of Black Rose
RomancePeristiwa pembunuhan kedua orang tuanya, membuat Romeo bersikap waspada. Ia pun menyewa seorang bodyguard terlatih untuk melindungi saudara kembarnya, Flora. Namun, Flora justru membenci kehadiran sang bodyguard. Ia merasa kehidupan pribadinya mulai...