Berkali-kali Flora mengawasi jam digital yang terpasang di dinding ruang tamu. James terlambat tiga puluh menit untuk menjemput. Sementara ponsel pria itu tidak bisa dihubungi. Menunggu memang sangat membosankan.
Hari ini James berjanji akan mengajaknya berjalan-jalan di taman. Flora butuh hiburan setelah kepergian kedua orang tuanya membuat ia terpuruk.
Tepat saat Flora akan kembali ke kamar, bel berbunyi. Gadis itu tersenyum, setengah berlari mendekati pintu dan membukanya. Namun, senyumnya menghilang saat ia tidak menemukan James di sana.
Flora menaikkan kedua alis, heran melihat kehadiran pria bertubuh tinggi tegap berdiri di hadapannya. Jika dilihat dari kemeja putih dan jas hitam yang dikenakan, pria itu bukanlah salah satu bodyguard yang bekerja pada Romeo.
Mungkinkah dia seorang sales? Flora menepis pemikirannya, mana mungkin pria berwajah dingin itu bekerja sebagai sales, bukankah profesi itu membutuhkan wajah sopan dan ramah?
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Flora.
"Saya ingin bertemu Tuan Romeo," sahutnya datar.
Really? Romeo punya teman bertampang dingin seperti ini? Oke, dilihat dari tampang, pria ini memang cukup tampan, tetapi wajah tanpa senyumnya itu yang membuatnya terlihat menyebalkan.
"Romeo tidak di rumah. Kau bisa pergi sekarang."
"Saya ingin bertemu Tuan Romeo."
Flora melebarkan mata. Apa selain dingin, pria di hadapannya juga minim kosakata sehingga tidak bisa mencari kata-kata lain selain mengulang kalimatnya? Di mana Romeo menemukan pria semacam ini.
"Pergilah sebelum aku memanggil security untuk menyeretmu!" Flora menutup pintu, akan tetapi gerakannya kalah cepat dari pria di hadapannya.
Hanya dengan sebelah tangan, pria asing itu dengan mudah menahan pintu agar tidak tertutup, sementara Flora sudah mengerahkan seluruh tenaga untuk melancarkan usahanya. Akhirnya, Flora menyerah. Setelah memberikan tatapan penuh amarah, Flora meninggalkan pintu dan berteriak memanggil kakaknya.
"Romeo! Ada pria aneh yang entah berasal dari planet mana, mencarimu!"
***
"Namanya Alsen," ujar Romeo. "Dia yang akan menjagamu selagi aku sibuk di luar negeri."
Flora mengerjap, sudut matanya melirik pria muda bersetelan kemeja putih dan jas hitam yang berdiri tegak di samping Romeo. Pria itu mengangguk hormat dengan wajah datar dan tanpa senyuman. Mata tajamnya menyiratkan keangkuhan.
Napas Flora terengah-engah, ia membenci kehadiran pria itu. Ia pun meraih jambangan kristal dan mengangkatnya tinggi-tinggi, lantas membanting benda antik itu hingga hancur. Kepingan-kepingan kristal berhamburan ke segala arah.
"Flo!" Romeo berteriak emosi, mencekal pergelangan tangan saudara kembarnya. "Tidak bisakah kau bersikap tenang sedikit?"
Flora mengempaskan tangannya hingga terlepas dari genggaman Romeo. Mundur selangkah, wajah sayunya semakin memerah menahan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow of Black Rose
RomancePeristiwa pembunuhan kedua orang tuanya, membuat Romeo bersikap waspada. Ia pun menyewa seorang bodyguard terlatih untuk melindungi saudara kembarnya, Flora. Namun, Flora justru membenci kehadiran sang bodyguard. Ia merasa kehidupan pribadinya mulai...