Flora menahan napas sembari menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Dari balkon kamar ia bisa menyaksikan samar-samar dua orang lelaki yang sedang adu kekuatan. Tidak salah lagi, itu Alsen dan entah siapa, barangkali pria yang tadi bersembunyi di rerimbunan pohon.
Alsen terlihat meyarangkan tendangan di dada lawannya hingga tersungkur. Selang beberapa detik, sebuah mobil melintas dan pria asing itu dengan gesit masuk ke sana. Selanjutnya, mobil melaju kencang, menyisakan Alsen yang masih bersiaga di tempatnya.
Apakah pria asing itu bermaksud mencelakakan Flora? Seandainya Alsen terlambat datang, mungkinkah saat ini Flora sudah tidak bernyawa? Ah, tapi ada James yang bisa melindunginya. Really? Tadi siang saja James dengan begitu mudah dipukul mundur oleh Alsen. Bagaimana James bisa melawan pria asing yang sepertinya keahlian bela dirinya setara dengan Alsen?
Huh, apa-apaan ini? Flora mulai mengagumi kemampuan Alsen dalam melindunginya? Tidak! Flora sama sekali tidak terkesan dan tidak ingin mengucapkan terima kasih. Bukankah Romeo sudah membayarnya untuk tugas itu?
Alsen mengunci pintu gerbang, lantas masuk ke pos security. Mungkin untuk membangunkan tiga orang security yang tengah tertidur pulas akibat ulah Flora. Oke, kali ini Flora mengakui kesalahannya.
Gadis itu mengakui kecerobohannya. Ia tidak bisa membayangkan seandainya orang-orang jahat itu menyelinap ke rumah dengan mudah. Untung saja ada Alsen. Argh ...! Kenapa harus memikirkan Alsen terus, sih?
Tergesa-gesa Flora turun ke ruang tamu, menunggu Alsen di sana. Ia menyandarkan punggung ke pilar bangunan di ruangan. Menyilangkan kedua lengan seraya menatap tajam Alsen.
"Aku tidak akan mengucapkan terima kasih!" seru Flora.
Alsen hanya mengangkat bahu, mengunci pintu dan berlalu dari hadapan Flora. Flora mendengus kesal. Gadis itu tidak suka diabaikan. Come on, ia terbiasa mendapatkan perhatian dari semua orang, terutama pria-pria yang mengagumi kecantikannya. Sedangkan Alsen, terlalu angkuh dan seolah tidak tertarik pada kecantikan Flora sedikit pun.
"Kenapa kau jarang menanggapi kalimatku?" Flora membuntuti Alsen dan lagi-lagi pria itu tidak mengacuhkannya.
Tepat di depan ruangan pribadinya, Alsen berhenti dan menatap Flora, memberikan isyarat agar Flora menjauh darinya. Saat itulah, Flora tertegun. Tangannya terulur menyentuh dahi bodyguard-nya.
"Kau ... berdarah," ucap Flora.
"Jangan pedulikan saya. Kembali ke kamar, jangan berada di dekat jendela ataupun di balkon, itu area berbahaya karena Anda akan lebih mudah menjadi target."
"Tapi, lukamu—"
Alsen menepis tangan Flora agar tidak lagi menyentuh luka di dahinya. Lalu, ia masuk ke ruangan dan menutup pintu tepat di depan majikannya.
Flora tertegun. Kenapa mendadak ia bersikap peduli pada bodyguard menyebalkan itu? Namun, Alsen bukannya berterima kasih, tapi justru mengusir Flora secara halus. Yang benar saja, seharusnya Alsen bersyukur karena Flora mempedulikannya. Selama ini Flora bahkan tidak pernah sepeduli ini pada seorang pria, terkecuali James tentunya.
Flora menggaruk kepalanya, masih tidak mengerti pada kejadian beberapa detik lalu.
***
"Tolong mengertilah, Flo. Aku sangat sibuk dan tidak bisa pulang hanya untuk urusan sepele seperti itu."
Flora berdecak. Urusan pernikahan dibilang sepele? Astaga! Oke, Flora tahu jika perusahaan Romeo yang bergerak di bidang pariwisata dan perhotelan di Singapura sedang berkembang pesat. Tapi bukan berarti Romeo bisa mengabaikan urusan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow of Black Rose
RomancePeristiwa pembunuhan kedua orang tuanya, membuat Romeo bersikap waspada. Ia pun menyewa seorang bodyguard terlatih untuk melindungi saudara kembarnya, Flora. Namun, Flora justru membenci kehadiran sang bodyguard. Ia merasa kehidupan pribadinya mulai...