Flora menatap ke langit malam. Awan mulai berarak dan bermain-main di sekitar rembulan, menghalangi sinarnya sampai ke bumi. Flora harap malam ini tidak akan turun hujan. Setelah seluruh badannya terasa pegal-pegal karena berjalan kaki terlampau jauh, Flora tidak ingin basah kuyup oleh guyuran air dari langit.
"Aku haus!" seru Flora.Alsen membuka ransel, mengambil sebuah botol air mineral. Sebelum diberikan pada Flora, Alsen terlebih dulu membuka segelnya.
"Persediaan air kita terbatas."
"Kalau begitu, aku saja yang minum. Kau tidak usah." Flora menerima botol dari tangan Alsen dengan kasar. Cairan jernih itu membasahi kerongkongannya, menghilangkan rasa dahaga. "Seharusnya saat ini aku sedang tertidur pulas di ranjangku, bukan malah berkeliaran di hutan seperti sekarang. Astaga, sepulang dari sini aku harus datang ke tempat spa."
"Bukan saat yang tepat untuk memikirkan perawatan, Nona Flo."
Flora memicingkan mata. "Yang benar saja? Sebentar lagi aku akan menikah dengan James. Aku tidak ingin mengecewakannya. Aku harus menjadi wanita tercantik di mata James."
"Kecantikan yang sesungguhnya tidaklah dilihat dari fisik, melainkan dari hati."
"Menyindirku?" Flora melemparkan botol pada Alsen, pria itu dengan sigap menangkapnya. Sejak kapan pria dingin itu berubah menjadi sok bijak?
Berulang kali, Alsen berdiri di atas batu besar, lantas dengan lincah memanjat pohon. Memeriksa situasi di sekitar mereka, memastikan jika tidak ada penjahat yang mendekat. Gerakan sekecil apa pun, tidak luput dari pengawasannya. Sepertinya Alsen memiliki pendengaran dan penglihatan yang tajam. Instingnya pun sudah terlatih dengan baik.
Flora bersandar di pohon sembari meluruskan kakinya. Tersenyum meremehkan melihat Alsen yang baru saja melompat turun dari atas pohon. "Tidak ada orang selain kita, bukan? Jika sampai besok tidak terjadi apa-apa, aku akan meminta Romeo memecatmu. Kau sudah membahayakanku dengan membawaku masuk ke hutan ini. Aku—"
"Nona Flo, akan lebih baik jika Anda berhenti bicara."
"Entah kenapa aku harus mempercayaimu dan mengikutimu ke tempat ini. Akan lebih baik jika aku tetap di kapal mengurus James. Ah, apa dia sudah siuman?"
"Saya rasa semut dan burung-burung di hutan ini sedang menutup telinga karena bosan mendengar suara Anda."
"Dan aku rasa serangga-serangga di hutan ini sedang mengutukmu karena kau berani membantah kata-kata nonamu."
"Tidurlah, Nona Flo. Anda perlu menyiapkan energi untuk pertempuran besok pagi."
"Ya, lain kali siapkan ranjang sebelum mengajakku ke dalam hutan," gerutu Flora.
"Lain kali akan saya siapkan ranjang, walk in closet, bathub, lemari es, mesin cuci, kitchen set. Dan kita bisa tinggal dengan nyaman di dalam hutan."
"Wow ... kedengarannya menarik sekali! Aku terkesan dengan rencanamu itu!" Flora bertepuk tangan dan terkekeh, kesal oleh Alsen yang tidak berhenti membantahnya. "Dan kita akan hidup bahagia dengan anak-anak kita yang menggemaskan! Kau ingin anak berapa? Satu? Dua? Lima?"
"Sebelas," sahut Alsen asal. Membuka tutup botol dan menenggaknya hingga tandas. Disimpannya botol kosong itu di dalam ransel. Selain karena membuang sampah sembarangan bisa merusak keindahan alam, Alsen juga tidak ingin meninggalkan jejak yang bisa ditelusuri oleh musuh.
"Kau ingin menjadikan mereka tim sepak bola?"
"Tidak. Lebih tepatnya menjadikan mereka bodyguard untuk ibunya yang ingin selalu diperlakukan seperti ratu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow of Black Rose
RomancePeristiwa pembunuhan kedua orang tuanya, membuat Romeo bersikap waspada. Ia pun menyewa seorang bodyguard terlatih untuk melindungi saudara kembarnya, Flora. Namun, Flora justru membenci kehadiran sang bodyguard. Ia merasa kehidupan pribadinya mulai...