Part 7

31.3K 3.2K 345
                                    

Foto pre wedding di kapal pesiar, itu rencana James dan Flora dalam menyingkirkan Alsen. Mereka akan menyuruh orang bayaran untuk menghabisi nyawa Alsen dan menenggelamkan mayatnya ke laut lepas. Lalu, semua selesai. Tidak akan ada yang bisa mengusik kisah cinta mereka lagi.

James bahkan sudah menyiapkan bodyguard baru pengganti Alsen. Intinya, James lebih mempercayakan Flora dalam perlindungan orang kepercayaannya ketimbang terhadap Alsen. Ya, bagaimanapun juga James mengakui jika Alsen seorang pria tampan, belum lagi didukung dengan otot-otot tubuh yang terpahat sempurna.

James tidak ingin mengambil resiko jika lambat laun Flora akan tertarik oleh pesona bodyguard-nya. Bayangkan saja, Alsen dan Flora tinggal satu atap. Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi jika James membiarkan kekasihnya berdekatan dengan pria lain. Itu salah satu alasan yang membuat James ingin menyingkirkan Alsen.

Sudah tentu Flora menyetujui ide gila James. Hatinya sudah dibutakan oleh cinta. Lagipula ia juga merasa tidak nyaman berada di bawah perlindungan Alsen. Pria dingin yang terlalu banyak membantah kata-kata majikannya. Belum lagi, pria itu terlalu sedikit bicara. Membosankan bagi Flora yang lebih suka bergosip.

Mungkin lebih menyenangkan jika bodyguard-nya seorang pria yang ramah dan supel. Bisa dijadikan sebagai pelindung sekaligus teman. Dan yang penting, tidak terlalu mengekang Flora untuk selalu berada di rumah. Flora merindukan pesta bersama teman-temannya.

Flora berjalan menuruni tangga, ingin menemui Alsen di ruangannya. Memberitahu pria itu untuk mempersiapkan keperluan besok pagi.

Seperti biasa, Alsen mengurung diri di dalam ruangan pribadinya. Pria itu pasti sedang sibuk mengawasi komputer, memeriksa CCTV kalau-kalau ada sesuatu yang mencurigakan. Bahkan mungkin sekarang Alsen bisa melihat dari layar komputernya, jika Flora sedang berdiri di depan pintu ruangannya.

Tanpa mengetuknya, Flora membuka pintu dan masuk ke sana. Baru tiga langkah berjalan, gadis itu memekik seraya menutup wajah dengan telapak tangan. Apa-apaan itu, Alsen berdiri di sisi kanan ruangan hanya dengan mengenakan celana boxer. Tidak sopan!

"Apa yang kau lakukan?" seru Flora kesal.

"Mungkin Anda yang harus membiasakan diri mengetuk pintu sebelum masuk ke ruangan orang lain."

"Jangan mengajariku! Ini rumahku dan aku bebas masuk ke ruangan mana pun tanpa izin. Kau yang tidak sopan berdiri di hadapan seorang gadis dengan bertelanjang dada seperti itu!"

"Apa di sini tertulis peraturan jika saya harus berpakaian lengkap di ruangan saya sendiri?"

Lagi-lagi kalimat yang membuat Flora mati kutu. Dari celah-celah jemarinya, Flora mengintip tubuh Alsen yang berkulit kecokelatan. Lengan kekar itu menyugar rambut hitamnya, mata tajamnya menatap Flora dengan intens. Mungkin dalam hati pria itu sedang menertawakan Flora, mengintip, eh?

 Mungkin dalam hati pria itu sedang menertawakan Flora, mengintip, eh?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anda bisa keluar sekarang. Saya ingin mandi."

"Mengusirku?" ucap Flora tertahan. Guratan-guratan otot di tubuh itu begitu mengganggu indra penglihatannya. "Aku akan menunggumu di sini. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan."

The Shadow of Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang