"Seharusnya Anda tidak perlu menyewa banyak orang untuk berada di kapal ini. Saya sudah membawa lima orang anak buah," protes Alsen.
Flora menaikkan dagu, menatap Alsen dengan angkuh. Tangannya berpegangan pada pagar pembatas dek kapal. "Memangnya kenapa? Bukankah kau mencemaskan bahaya yang mengincar kita? Semakin banyak bodyguard, akan semakin bagus."
"Tapi Anda tidak mengenal mereka, Nona Flo. Bagaimana jika salah satu di antara mereka adalah musuh kita?"
"Aku percaya pada James. Kau tidak perlu ikut campur. Dan saat ini aku juga tidak membutuhkanmu, sudah ada yang menjagaku." Flora menunjuk pria-pria bersetelan hitam yang berjaga hampir di setiap sudut kapal.
Kapal berkapasitas 35 orang itu berlayar di lautan tidak jauh dari kota Jakarta. Angin berembus cukup kencang. Beruntung, sore itu suasana cukup cerah. Flora menunggu momen sunset tiba. Seorang photographer sibuk mempersiapkan kamera untuk sesi pemotretan.
Alsen menghela napas kasar. Bagaimanapun juga, Alsen jauh lebih berpengalaman tentang hal ini. Flora terlalu gegabah mempercayai orang asing. Lain halnya dengan Alsen, meskipun pria-pria bersetelan hitam itu mengaku berada di pihak Flora, tetapi Alsen tetap mewaspadai setiap gerak gerik mereka.
Alsen bergerak ke sisi kanan dek, matanya berkeliling mengawasi lautan yang membiru. Sejauh ini tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Hanya saja, entah mengapa ia merasa tidak nyaman pada pria bertubuh tinggi besar yang sejak tadi berkali-kali mencuri pandang padanya.
"Apa aku sudah terlihat cantik?" tanya Flora pada James.
"Kau selalu terlihat cantik, Baby." James mengusap kedua pipi kekasihnya.
Alsen terganggu oleh pertanyaan Flora. Kenapa harus mempertanyakan sesuatu yang tidak perlu? Tanpa bertanya pun seharusnya Flora sudah tahu jika dirinya seorang gadis yang menarik. Menarik? Refleks matanya tertuju pada gadis itu.
Tubuh indahnya terbalut gaun warna putih tanpa lengan, sementara rambutnya digulung rapi ke atas, mempertontonkan pundaknya yang berkulit putih mulus. Assesories yang terbuat manik-manik melingkar di leher jenjangnya. Sementara pergelangan tangannya dihiasi oleh assesories senada.
Assesories sederhana, tetapi tidak mengurangi kadar kecantikan yang memancar dari wajah anggun Flora. Alsen tersenyum miring, lantas mengalihkan pandangannya pada kaki langit. Tidak seharusnya dia memandang Flora dan ... mengaguminya? Ah, tidak. Alsen sama sekali tidak tertarik pada gadis angkuh dan sombong seperti majikannya.
Beberapa saat kemudian, fenomena sunset di langit senja begitu mempesona. Langit membentuk gradasi warna yang begitu indah. Semburat kekuningan mengiringi matahari yang bersiap kembali ke peraduan.
Dengan memasang wajah ceria, Flora dan James berpose di depan kamera. Sang photographer sibuk memberikan arahan pada sepasang kekasih itu, lantas membidik mengabadikan kemesraan mereka. Pasangan yang sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow of Black Rose
RomancePeristiwa pembunuhan kedua orang tuanya, membuat Romeo bersikap waspada. Ia pun menyewa seorang bodyguard terlatih untuk melindungi saudara kembarnya, Flora. Namun, Flora justru membenci kehadiran sang bodyguard. Ia merasa kehidupan pribadinya mulai...