14

737 133 0
                                    

ㅡ𝓧𝓾 𝓜𝓲𝓷𝓰𝓱𝓪𝓸ㅡ

ㅡ𝓧𝓾 𝓜𝓲𝓷𝓰𝓱𝓪𝓸ㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Sore pa" sapa Minghao saat baru tiba di rumah orangtuanya dan melihat Ayahnya sedang memberi makan ikan di kolam halaman samping rumah.

"Tumben kamu kesini. Ada apa?" Tanya Ayahnya. Jelas beliau bertanya seperti itu. Karna selama ini Minghao memang jarang pulang ke rumah orangtuanya.

"Emangnya salah kalo anak semata wayang papa ini pulang?" Tanya Minghao dan ikut memberi makan ikan ikan.

"Yasudah masuk" dengan langkah yang lamban, Ayah Minghao berjalan masuk ke dalam rumah. Beliau sudah 2 tahun ini sakit dan sudah sulit untuk berjalan. Karena itulah jalan beliau menjadi lamban.

"Hao ada perlu sama papa. Tapi nanti malam aja kita bicara. Hao mau ke kamar dulu" ucap Minghao kepada Ayahnya saat mereka sudah berada di dalam rumah.

"Hm" balas Ayah minghao.

Sedingin dinginnya sosok Minghao, lebih dingin lagi Tuan Xu, yang merupakan ayah Minghao itu. Beliau mungkin bisa dikatagorikan sebagai orang yang irit bicara dan menyeramkan. Diamnya tuan Xu saja sudah memunculkan aura seram. Entah sejak kapan beliau seperti itu. Menurut cerita orang-orang, Tuan Xu saat muda bukanlah sosok yang dingin, dia sosok yang hangat, sosok yang penuh dengan keramahan. Tapi sekarang semua itu tidak pernah terlihat. Bahkan Minghao saja tidak lagi mengingat bagaimana sikap ayahnya yang dahulu.

Minghao menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai 2. Rumah Minghao sangat luas. Banyak ruangan juga, tetapi yang terisi hanya beberapa ruangan saja. Ruangan kosong dibuat menjadi perpustakaan, ruang bekerja, tempat bersantai, dan sebagainya. Untuk kamar tidur, hanya kamar ayahnya lah yang terisi. Sedangkan kamar Minghao? Kamar itu memang tersusun rapi, tetapi tidak pernah digunakan oleh Minghao lagi. Dirinya jarang pulang kerumah.

Rumah mereka sepi. Para asisten rumah tangga tidak tinggal dirumah. Mereka dibuatkan rumah tersendiri di halaman belakang rumah. Kenapa tidak tinggal di rumah utama? Karena ayah Minghao benci keramaian. Beliau lebih suka dengan ketenangan.

Minghao membuka pintu kamarnya. Disana dia bisa melihat kamarnya yang masih bernuansa remaja. Terakhir kali kamar itu ia gunakan saat SMP. Ketika SMA Minghao sudah memutuskan untuk hidup sendiri.

Jika boleh jujur, Minghao membenci kamar ini. Bukan hanya kamar ini, tetapi juga rumah ini. Setiap kali melangkahkan kaki di rumah ini, segala kenangan tentang ibunya mulai berputar dikepalanya. Karena itulah dia membenci tempat ini.

Sampai sedewasa ini, Minghao masih saja membenci ibunya. Ia berharap sampai kapanpun ia tidak akan berjumpa dengan wanita itu. Minghao tau ini salah. Membenci seorang ibu? Seharusnya tidak boleh ia lakukan. Tetapi rasa sakit itu terus saja bersarang dihatinya. Sampai saat ini Minghao masih tidak habis pikir, kenapa ibunya tega meninggalkan dia? Kenapa pada saat itu ibunya tidak ikut membawanya saja?

Soul Mate • Xu MinghaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang