15

749 142 1
                                    

Biasakan mengeklik vote sebelum membaca? hehe

Biasakan mengeklik vote sebelum membaca? hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Gea" Panggil Minghao sambil memainkan tangannya mengkode agar Gea mendekat ke meja kerjanya.

Dengan langkah malas Gea berjalan menuju meja kerja minghao.

"Duduk" perintah Minghao dan Gea pun duduk di hadapannya.

"Ada apa pak?" Tanya Gea.

"Saya mau beli rumah. Kamu bisa bantu pilih kan?" Minghao menyodorkan katalog yang isinya penuh dengan gambar rumah rumah mewah.

"Bapak yang mau beli rumah, kenapa saya yang suruh pilih?"

"Kamu gak dengar tadi? Saya bilang bantu saya"

Malas berdebat, Gea hanya mengangguk saja kemudian mulai memeriksa katalog tersebut.

"Bapak kan punya apartemen, kok beli rumah?" Bukan Gea memang kalau tidak banyak bertanya.

"Sebentar lagi saya menikah. Masa mau tinggal di apartemen sempit itu?"

Menikah. Mendengar kata itu rasanya Gea tidak suka. Membayangkan bagaimana nantinya Minghao hidup bersama istrinya dan bahagia. Membayangkannya saja sudah membuat Gea ingin marah. Tapi marah kepada siapa? Memangnya Gea siapa?

"Sempit? Apartemen semewah itu bapak katai sempit?"

"Emm iya sih apartemen saya gak terlalu sempit. Tapi tetap saja saya butuh rumah ge.. kira kira mana rumah yang bagus?"

Gea kembali memeriksa katalog, membolak balik setiap halamannya, dan menunjuk salah satu gambar rumah mewah.

"Ini pak. Tapi harganya mahal banget" ucap Gea.

"Gak masalah. Yang penting saya punya rumah mewah yang nyaman karna nantinya yang tinggal dirumah itu kan gak cuma saya, tapi istri dan juga anak-anak saya"

Shit! Ingin rasanya Gea memaki saja. Ada apa sih dengan Minghao hari ini? Tidakkah dia memikirkan bagaimana perasaan Gea yang mendengarnya terus membicarakan pernikahan dan rumah tangga?

Gea menatap datar, "Eh tapi ini jauh pak dari kantor" ucap Gea masih dengan topik memilih rumah.

"Gak papa. Setelah menikah sepertinya saya gak kerja lagi disini" ucap Minghao dengan entengnya.

"Eh kenapa pak?"

"Em.. oke saya pilih rumah yang ini aja. Kalau menurutmu bagus, ya pasti bagus kan?" Minghao mengalihkan pertanyaan Gea. "Sekarang bantu saya pilih mobil juga. Saya mau beli mobil"

"Kok boros banget sih pak? Kan bapak udah punya mobil"

"Lucu sih kamu kaya ibu ibu ngomelin anaknya aja" Minghao tersenyum, "tenang ge.. beli mobil satu, rumah satu, gak akan buat duit saya abis. Dari awal saya kerja disini, duit yang selalu saya pakai itu duit papa. Apartemen dan mobil yang saya pakai sekarang pun milik papa. Selama ini gaji saya, saya simpan. Bisa kamu bayangkan kan seberapa banyak duit saya?"

Soul Mate • Xu MinghaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang