Senin
Aku mencoba untuk bersikap seperti biasanya. Bahkan tingkah laku Karina masih normal seperti biasanya padaku. Seakan tidak terjadi apa-apa. Bahkan Reyhan, ketika di sekolah dia memang cuek padaku. Tapi hari itu aku sedang malas untuk mencari keberadaannya. Aku sedang tidak ingin menatap dirinya, wajahnya ataupun matanya yang terkadang membuatku meleleh. Aku tidak peduli akan hal itu. Hari itu juga kurasa Farhan dan Reyhan juga tidak saling sapa. Entah ada apa antara mereka. Hari ini cukup membuatku melupakan masalah kemarin lusa. Banyak sekali tugas yang harus diselesaikan.
Namun, luka itu kembali hadir saat aku melihat Karina pulang bersama dengan Reyhan. Dia bilang ingin membeli sesuatu, tapi kenapa harus bersama Reyhan? Kenapa?. Aku dan Farhan yang sedang berjalan beriringan tiba-tiba berhenti dan saling menatap heran. Setelah itu melanjutkan langkah kembali. Sungguh, aku kembali merasa yakin bahwa mereka ada hubungan spesial. Hari itu Farhan mengajakku pulang bareng dan aku menyetujuinya. Namun, kita mampir ke toko boneka. Farhan bilang ingin membelikan adiknya sebuah hadiah, tapi aku tau dia berbohong. Setelah pergi dari toko, farhan langsung mengantarku pulang. “Itu buat Karina kan?” tanyaku tentang boneka itu pada Farhan setelah aku turun dari motornya. “Doain ya Ra, besok aku bakal bilang ke dia. “Semangat Farhann” ucapku gemas sambil mengacak-acak rambutnya, karena dia sudah melepaskan helmnya. Kami tersenyum bersama sebelum Farhan pergi.
Ketika aku masing merasa asing dengan Reyhan, aku lupa bahwa besok aku ada kerja kelompok. Tadi siang pas dikelas ada pembagian kelompok, takdir berkata bahwa aku harus satu kelompok dengan Reyhan. Mungkin tuhan ingin kita berbaikan, tapi emangnya kita ada masalah? Dan aku baru ingat juga bahwa Farhan dan Karina juga satu kelompok. Inikah yang dinamakan kebetulan. Kuharap semuanya akan menjadi baik-baik saja. Terutama untuk Farhan, aku harap besok dia berhasil menemukan cintanya.