Kamar bernuansa putih hitam ini nampak sangat sepi, tak ada aktifitas berarti yang telihat dari kamar tersebut. Ya itu dikarenakan si pemilik tengah tertidur pulas diatas ranjang kesayangannya, berbeda dengan Yibo. Kini pria itu sedang melakukan obrolan melalui video call dengan salah satu temannya melalui aplikasi Skype, entah apa yang mereka bicarakan.
"Bro, kapan nih kita nongkrong bareng? Udah lama perasaan ngga ada yang ngajak kita ngumpul di markas".
"Gue ngga bisa".
"Kenapa?".
"Gue udah pindah, mana bisa gue ngumpul lagi".
"Apa?! Tunggu tunggu, lo bilang lo udah pindah? Kapan? Kenapa ngga pamit sama kita kita?".
"Ini dadakan gue ngga sempet pamit sama lo pada, lagian lo kan bukan bonyok gue ngapain gue mesti pamitan sama lo".
"Ya elah, kita kan temen lo bro gimana sih. Ngga solid lo".
"Bodo amat".
"Tapi serius ya, gue itu kangen pengen ajak lo ketempat biasa".
"Gue juga kangen, gimana kabar anak anak?".
"Sehat, mereka dirawat dengan baik kok. Anak anak juga kangen sama lo".
"Kapan kapan gue pasti kesana, tapi gue ngga janji dalam waktu dekat ini".
"Iya gue tau, gue juga paham. lo kan lagi dalam proses. Jadi gue ngga masalah kalo lo ngga sebebas dulu".
"Ya, gini lah keadaan gue sekarang. Terus gimana kabar ibunya anak anak?".
"Kurang baik bro, dia kangen juga sama lo".
"Gue bakal usahain yg terbaik buat dia, buat sementara ini gue percayain mereka sama lo".
"Hah, bro sebenernya gue ngga yakin bisa ngelakuin hal yang sama kaya yang lo lakuin. Tapi karna lo sahabat gue, gue bakal berusaha selagi lo jauh dari kita".
"Thanks, lo emang yang terbaik".
"Weh tumben lo bilang makasih, biasa juga bodo amat".
"Lo mau gue kaya gitu?".
"Hehe ya engga lah, enak elo yang kaya gini".
"Gue ngga bisa lama lama, ada tugas yang harus gue kerjain".
"Oke, bye! Jangan kangen sama gue!".
'Klik!'.
Yibo mematikan sambungan video call mereka kemudian menyandarkan punggungnya pada kursi, tak lama ia pun membuka suara.
"Udah ngupingnya?".
Sosok yang berada dibalik pintu kamar itu pun sontak terkejut ketika Yibo mengetahui jika dirinya tengah menguping, ya sosok ini adalah Xiao Zhan. Ia terbangun karena ibunya menelfon kemudian mengatakan jika ada kiriman barang dari kedua orang tua Yibo.
"Mau sampe kapan lo disitu? Gue sih ngga keberatan kalo misalnya lo mau disitu aja, tapi alangkah baiknya kalo lo masuk".
Mendengar penuturan dari Wang Yibo, kini Xiao Zhan pun dengan tak ber-prikepitnuan menjeblak papan berbentuk pesesegi panjang tersebut dengan tidak elitnya.
"Nih".
Yibo meraih ponsel yang disodorkan oleh Xiao Zhan kemudian menelisiknya, tak ada suara ataupun pesan yang tertera dilayar ponsel ini.
"Lo ngasih gue hp buat apa? Kalo lo pikir gue ngga punya hp, tuh gue ada 3 biji".
"Sombong, siapa juga yang mau ngasih lo hp".
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Pretty Boy [YiZhan]
Teen FictionBagaimana jika dua sosok berbeda kepribadian ini harus tinggal satu atap? Bisakah keduanya saling melengkapi satu sama lain? Atau... malah menjadi musuh bebuyutan? Cast: YiZhan & other. Genre: Tentukan sendiri. PS: Carol cuma mau bikin cerita yang...