Bolehkah aku memelukmu?

9 1 0
                                    

Rambutku tertiup angin, seharian aku hanya mampu melihat sungai yang mengalir di depan halaman rumah. Kupandangi bunga yang tengah mekar, mengingatkan aku pada beberapa nada yang hilang itu.

Di saat tanganku membawa bungkusan dan beberapa ikat bunga lavender kesukaannya.  Sang rembulan sangat suka lavender dan hari ini seperti janji, bunga itu mekar pada bulan Februari.

Warna ungu  di bawah pohon rambutan. Ku lihat sekilas semut-semut berjalan riang, Membawa beberapa bingkisan untuk seseorang yang istimewa bagi mereka.

Ku menghela napas, pernahkah rantai ini terlepas,  iblis itu juga benar padanya, atau mungkin hanya pikiranku saja.

Memainkan air yang mengalir sangat menyenangkan, ada nada yang hilang di sepanjang aliran itu, walau jernih dia bukan cermin dan sekalipun keruh dia cair.

Hari ini Slicee hilang, mungkin Sey tidak menjaganya. Padahal aku berharap dia bisa menjaga Slicee.
Bagaimanapun Slicee adalah cerminan hatiku, meski hanya sedikit.

Walau ku tahu jatuh cinta itu akan menyiksa. Aku sayang pada Okta, aku tidak mungkin membuat Okta kecewa, karena aku tidak tahu apa isi hatinya. Karena aku bukan Tuhan.

Sekilas, ku melihat Sey, aku memintanya untuk mencari Slicee dan tidak akan membiarkan Slicee kesepian lagi.

"Walau hanya sebatas siput kecil, Sey tidak boleh membiarkan Slicee sendiri! "

"Hm, iya, " jawab Sey.

Aku melihatnya yang selalu saja menulis. Kapan tulisan seperti itu juga akan diberikan kepadaku?

"Hh, aku rindu pada tawa yang menggema di hatiku, " ucapku sembari tersenyum.

"Kamu kesepian? "

Untuk beberapa menit aku terdiam. Tidak ada hal yang ingin aku jawab, aku mulai menceritakan hal lain seperti buku antologiku yang baru.

Sey tidak mungkin jatuh hati lagi, karena itu sulit. Seperti diriku, aku juga sulit untuk menerima siapapun.

"Kapan Sey akan suka padaku? "

"Apa Okta juga suka pada Sey. "

Ntah mengapa tiba-tiba air mata mengalir diantara pipiku. Bukan karena kesepian tetapi ada sesuatu yang tidak bisa, dan ini mungkin akan membuat banyak orang marah.

Okta sahabat baikku, sama seperti Marsih dan Ana. Karena Okta aku mengenal Sey, mungkin sebaiknya biar saja aku tutup ini. Aku tidak mau Sey marah, karena hanya menganggap aku teman.

Hampir saja tadi aku tengelam. Karena siapa yang akan mengenal rumah baruku?  Melodi ini belum selesai.

"Sey, punya lagu untuk di ceritakan padaku? "

Sey seperti memikirkan sesuatu,  lalu mengiyakan hal itu. Menyuruhku untuk menunggu sebentar, sampai dia datang dan membawa lagu yang indah itu lagi.

Aku sempat marah padanya, karena rasa sedih dan kecewa ku pada banyak hal. Kali ini Sey tidak memintaku untuk liburan.

"Kamu tunggu sebentar  di sini ya? "

"Aku mau mandi, nanti kamu harus jawab apa perkataanku! "

Hanya beberapa menit,  Seyn kembali dan menyapaku. Masih tertunduk diam aku tidak ingin membalas panjang lebar di depannya.  Aku malu, dan khawatir tentang perasaanku.

"Hai."

"Iya"

"Kamu lagi apa? "

Sey melihatku yang dari tadi hanya diam. Karena aku sudah janji untuk menjawab semua perkataannya, jadi untuk hari ini aku akan menjawabnya.

Hope in PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang