Bab 2

8 2 0
                                    


  "Tuan putri! "

Siapa yang berani memanggilku, tunggu, ah dia lagi. Tercipta dari apa sih para pria yang seperti ini. Lucu, tidak bisa di singkirkan.

"Argh, stop menggangguku! " jawabku penuh malas, "kamu itu hanya imajinasi ku. "

Naro menatapku dengan senyuman manisnya.

"Sudah makan? "

"Ha?! "

"Hari ini aku sudah siapkan beberapa makanan untukmu, ingatkan hari ini kamu harus berangkat pagi. "

Iya, Naro ada benarnya.  Semenjak dia sering muncul dan membuat aku tersenyum. Selalu saja wajahku menjadi tersipu dan lupa waktu. Yah aku mencintai dia, tetapi percayalah dia siapa?

Naro memberikan sekotak bekal dan piring di meja. Lalu menyuruhku mandi dan jangan lupa gosok gigi.

"Wah mungkin dia mirip jin dalam lampu, hanya saja aku bertemu dengan Naro dari hal sederhana. "

Waktu itu, di Kalimantan Selatan, di sebuah hutan yang masih lebat. Aku berlari dengan air mata yang berlinang. Tubuhku yang begini memang memiliki tubuh yang mudah sakit, dan ketika dilarang memakan buah aku kabur meninggalkan rumah. Sudah menjadi kebiasaan jika aku marah, aku hanya diam lalu pergi meninggalkan.  Tapi ibu selalu mampu membuat aku kembali...

"Kamu jangan menangis, " ucapnya.

"Eh? Kamu siapa, kamu di mana? "

Tiba-tiba Naro datang dan mengulurkan tangan sebagai tanda persahabatan.

"Aku tidak pernah punya teman, aku kesepian, emang siapa kamu mau mengatur kehidupanku! " bentakku.

"Baiklah, mulai sekarang kita teman okay? "

Naro benar-benar menjadi teman pertamaku. Merawat dan menumbuhkan aku dengan berbagai cara atas perintah yang maha Kuasa. Pertemuan dan tiap pertemuan yang sudah terjadi, aku belajar untuk bersyukur atas semuanya.

Semenjak itu, perasaan itu muncul. Sama seperti manusia pada umumnya, aku juga selalu menanyakan siapa Naro itu, siapa dia?  Setiap kali aku memarahinya untuk menjauh dan berhenti menghantuiku.

"Aku ini nyata, aku ada, "

"Stop Naro, mengertilah! "

"Kenapa kamu tidak percaya? Aku ini nyata, dan aku akan buktikan padamu nanti, kamu lihat saja."

Sebelum Naro menghilang pada malam yang sama. Percayalah Nobi bahkan tidak tahu keberadaannya sekarang. Naro adalah jiwa, seorang pria yang tidak pernah bisa di lihat oleh siapapun. Ya, dialah ikatan masa lalu yang dulu belum pernah tuntas.

Saling mencintai tetapi tidak bisa memiliki. Dengan bangga dia bilang dia adalah nyata, imajinasiku pasti sudah gila. Selama aku menunggunya, dia tidak pernah akan datang, sungguh tidak berguna.

***

     Pernah ada saat di mana seseorang akan kebingungan. Merasa paling bodoh dengan mempercayai sesuatu yang tidak pernah nyata. Aku sungguh rindu, rindu di mana kamu imajinasi yang hidup, yang selalu bersemangat dan membuat aku tertawa.

Rasanya ingin aku meminta maaf, aku tidak pernah menginginkan seseorang itu pergi, walau aku selalu menjauh dan terlihat tidak peduli. Apa yang harus aku lihat? Mencarinya? Atau menunggu saja, hah bagaimana seseorang bisa saling mencintai, bagaimana seseorang mampu membuat hati tampak seperti musim semi.

Di pagi hari, ketika aku membuka mata. Aku memang tidak berbohong dengan hatiku, tetapi sungguh ini sakit. Mataku benar-benar sudah tidak mampu menahan debu yang masuk beterbangan, ini membuat mataku menjadi merah....

Hope in PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang