Bab 1

6 2 0
                                    


Di saat harapan itu terbendung sangat banyak, terlalu banyak untuk aku ceritakan kepada siapapun. Tentang dia dan juga kamu yang tidak jauh berbeda.

Ketika hujan mulai deras mengguyur dedaunan, termasuk membuat para jalanan basah. Aku sempat berpikir mungkin seseorang ini patut di mulai atau di perjuangan kembali.

Di bulan Mei, tepatnya seorang pria mengakui akan suatu hubungan cinta. Lalu semua berlalu indah di bulan itu dengan mesra, menampilkan sejuta kegembiraan.

Aku mengenalnya, di tengah-tengah jalan, sewaktu mimpi itu masih di kejar, yah kamu benar jika aku dulunya adalah seorang pemimpi.
Sebagian besar orang ingin menghancurkannya, tetapi tidak ada satupun yang mau merapikannya kembali. Ya, karena itu mimpi seseorang. Hanya diri sendiri yang mampu melakukannya.

Pria itu menyentuh tanganku, dengan tatapan yang penuh arti.

"Kamu adalah aku, " ucapnya, "percayalah hati ini tidak hanya sekedar singgah di hatiku. "

Dia membuat hariku terasa indah dan selalu penuh tawa. Dengan berbagai rayuan romantis yang tiada akhirnya, dan juga mimpi-mimpi indah yang tiada habisnya. Kamu mengertilah, dia bukan orang yang bijaksana, tetapi dia arogan.

Bahkan hujan belum mau berhenti, mungkin dia akan mirip Dilan, kalau saja dia merindukan aku. Seorang peramal yang hadir dalam hatiku, dengan segala mimpi-mimpi indah di dalam cerita lama.

***

Masih kupandangi dia, wanita muda berumur 14th. Yang sebentar lagi akan mendekati ujian dan lulus dari sekolahnya. Dia sangat kuat, dengan hidupnya di keluarga yang cukup ketat. Tidak salah jika dulu dia sering marah, dan bersembunyi di belakang dedaunan.

Terletak pada ramalannya yang buruk tentang percintaan. Waktu itu, masih hujan dan aku lihat dia bukan anak yang peduli akan hujan. Dia selalu begitu, menerjang kawanan air hujan dengan sepedanya. Sebenarnya dia anak yang pintar, hanya saja mereka belum tahu dan paham tentangnya.

Banyak pria yang merayu dan berusaha untuk mendekati gadis itu. Aku jujur, dia itu cantik, imut, cuma dia tidak pernah lagi tersenyum atau terlalu sering tertawa.

Semenjak ayahnya tiada waktu dia kelas tiga sekolah dasar, hidupnya benar-benar berubah. Apalagi sudah dari awal dia hanya bekerja untuk hal itu, dengan melihat para bintang setiap malam. Menanyakan seseorang dan di mana seseorang itu sekarang.

Yang aku tahu, dia banyak mengalami perubahan. Nasib cinta yang buruk dengan di tipu oleh seorang pria. Di hari di saat dia benar-benar mencintai pria itu. Tidak buruk kalau saja itu bukan cinta pertama. Dia benar-benar mencintai pria itu hingga akhir waktunya.

Aku tahu dia menangis diantara selimut hujan, di saat pohon-pohon itu menggugurkan daunnya. Berawal dari sebuah hujan dia menghapus air mata kerinduan, walau dia begitu sebenarnya dia tampak lelah.

Ada sedikit larangan yang aku tahu, bahwa orang yang matanya minus tidak bisa memiliki anak. Karena ketika dia akan melahirkan, ada kemungkinan dia akan buta karena saraf matanya yang melemah.

Aku juga memiliki mata yang minus, karena keseringanku dalam membaca. Selama, anak-anakku selamat dan sehat. Seorang ibu akan tetap bahagia dengan anaknya. Kamu lihat saja, waktu hujan meneteskan airnya, dia tidak pernah ingin menangis sekalipun harus melepas semuanya.

Walau pada dasarnya, tidak semua ibu setabah itu. Karena aku juga pernah melihatnya menangis. Setidaknya aku akan menceritakan semuanya satu persatu, aku bingung harus mulai dari mana.

Ya, aku masih melihat perjuangannya. Setiap orang belum tentu bisa melakukan hal yang sama, karena itulah semua istimewa dengan cara masing-masing. Seseorang duduk menemaniku di meja makan, dan mulai berbicara secara pelan.

Hope in PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang