Bab 3

6 2 0
                                    

Kenapa aku selalu penasaran terhadap setiap orang. Padahal aku tidak ingin ikut campur, bahkan malam ini juga sama, kamu tahu?

  Sepasang kekasih itu saling percaya, tetapi kebanyakan mereka bilang aku hanya menyia-nyiakan mereka.

Di bulan Desember, aku melakukannya dan tanpa sengaja aku memblokir akun Facebook dan media chat dengannya. Aku menyesal Melakukan itu, aku tidak tahu harus bagaimana mengungkapkan perasaan yang menyakitkan ini.

Nathalie dan Cristhin, siapa dia?
Aku bukan cemburu dengan menanyakan siapa kedua wanita itu. Lagi pula, setiap pria pasti pernah di kagumi dan berjumpa dengan banyak wanita.

Dia tidak pernah mengharapkan diriku. Bahkan di malam ini, aku tidak bisa tidur setelah pagi di hadapkan oleh banyaknya pekerjaan.
Ada apa denganku?

"Nona, bukankah kamu sudah memiliki orang lain? "

"Katakan padaku, orang lain seperti apa yang berani menghancurkan gadis yang memiliki harapan setinggi itu? "

Nara sudah marah, mungkin juga hanya bisa melihatku yang terus diam di kamar.

"Cepat, kamu bawakan makanan untuk dia! "

"Maaf nona, sepertinya dia tidak mau makan apapun hari ini. "

Walau hanya sekilas dari pintu, aku tahu Nara sangat mengkhawatirkan diriku.

Terkadang aku masih Bingung, apakah dunia ini imajinasi untukku atau memang aku yang sedang berada dalam imajinasi itu sendiri.

Dia yang cahayanya begitu indah dan menghangatkan, aku percaya dan memberikan hatiku seutuhnya, ternyata semua berakhir seperti itu, di tolak?  Bukan, dia yang sudah tidak mau menungguku lagi.

Bukankah aneh, jika seseorang itu berjanji lalu mengingkari hal yang dia ucapkan sendiri?, ya hanya di dunia cinta pengkhianatan itu akan menjadi resiko yang paling sering terjadi.

***

"Nak,  kamu harus makan bagaimanapun, kamu harus jaga kesehatan kamu! " perintah ibu.

Pagi ini, rasanya aku benar-benar terpuruk. Dadaku sakit, apa yang salah dariku? Apa yang aku tidak tahu tentang cinta, aku harus bagaimana?

" Hari ini kamu tidak makan empat hari, jangan buat keluarga kamu khawatir! " ucap Nobi.

Dia tiba-tiba saja muncul dan menepis tanganku untuk tidak melakukan tindakan bodoh.

"Kamu gila, mau mengakhiri hidupmu hanya untuk pria semacam dia?! "

Hiks, hiks, hiks,...

"Buat apa, buat apa aku hidup, semua telah di ambil begitu saja, walaupun masuk surga, hal apa yang paling aku inginkan di sana? Aku juga tidak tahu!" jawabku sembari terisak.

Nobi menarik tanganku. Memelukku dan semakin erat, dia berusaha untuk aku terus kuat seperti itu. Aku juga ingin terus bisa memeluk seseorang seperti dia memelukku sekarang.

"Nobi, tidak harusnya kamu ada di sini, " ucapku pelan, "harusnya aku juga tidak di sini. "

Aku tahu gara-gara imaji ini, kamu harus menanggung beban. Terikat rantai dunia serta tidak bisa merasakan apapun. Tetapi percayalah, tidak ada yang tidak mungkin. Hatimu akan baik-baik saja, sekarang kamu harus jaga kesehatan, untuk orang yang benar-benar mencintai kamu.

Aku berusaha untuk menahan air mataku. Dengan langsung membuka pintu kamar, berlari dan memeluk ibuku. Aku sudah menangis di hadapannya... 
Menangis karena tidak bisa membawa pria yang sering dia harapkan, aku bingung jika setiap hari ibu berdoa untuk pria yang menjadi jodohku. Semua ibu melakukannya, dan siapa anak yang tidak marah, melihat harapan ibunya di hancurkan begitu saja.

Ibu mengelus kepalaku, memelukku secara nyata. Lebih erat lagi, hingga aku benar-benar kuat. Aku akan menjaga diri untuk  orang yang mencintaiku sekarang, bukan untuk janji yang mampu menghancurkan harapan itu.

****

Kenapa di saat kesempitan ini, aku merasa tenang. Seperti ada suatu kehangatan, memelukku dengan erat. Seolah tiada lagi rantai yang mengikat ku secara erat, tidak ada lagi panah yang turun menghujani.
Tidak ada lagi, pedang yang penuh darah.

Bukan lagi mimpi, perang yang berkepanjangan. Bukan lagi mimpi, sebuah pohon yang hilang bersama kegelapan.

Bukan nada yang sedih lagi, aku...

Kehangatan ini, apa aku ingat?

Kenapa rasanya aku bisa menjadi diriku sendiri mulai sekarang. Rasanya aku telah bebas, dan tidak terkurung lagi oleh banyaknya kesedihan.

Tidak ada lagi, kemarahan. Apakah ini?
Air mataku jatuh tanpa harus membuatku merasakan perih, atau sakit...
Aku tidak lagi merasakan sakit itu...

Apa yang terjadi?
Tiba-tiba jiwa lain itu seolah menghilang,
Membiarkan aku untuk kembali
Memeluk orang di masa lalu
Apa ini diriku yang sesungguhnya,

Tiada dingin, dengan lembut memeluk orang tua yang tengah sakit
Membelai kulit halus dan tipis
Menekan rasa sakit untuk pergi
Menepis air mata dari orang lain

Siapa aku?

Siapa kamu?

Oh ternyata kamu,  yang lain  tidak bangun  ketika malam. Hanya kamu yang tidak pernah tidur untuk hidup dan berjalan, berada dalam bait bait cerita kehidupan. Yang terus terulang bergerak dengan maju.

Aku merasakan kehangatan itu, tiba-tiba saja aku memeluk tubuh tua itu. Padahal selama ini aku hanya menjauh, tiada berjiwa. Diam dan hanya diam.

Air mata nenek itu seketika berhenti...
Tiada merasakan sakit lagi,  apa itu karena aku?

Apa yang terjadi?

Dia bilang aku lelah, menyuruhku istirahat?
Apa yang aku lakukan, kenapa dia bercerita
Bahwa dia merasakan kakinya yang sakit.
Sakit sekali,..

Ya, aku juga merasakan kesakitan seperti itu.
Menyembuhkan orang lain, kembali..
Aku senang, bisa bebas seperti ini..
Ingin begini terus, seperti dipeluk cinta yang hangat.

Dari orang tua, teman, saudara, dan semuanya

Sejak kapan, aku mulai merasakan hal seperti itu.

Esok adalah harimu untuk membayar hutang. Karena teman yang mengkhianati dirimu, maka dirimu yang harus menanggung semuanya sendirian.

Hari ini, mestinya aku panik. Kegelisahan itu lenyap, mungkin juga karena ada sesuatu yang tidak aku mengerti. Diriku dan dirimu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hope in PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang