Day 9

2 0 0
                                    


Aku dan ibu pergi ke pasar tanaman. Tak diragukan lagi, itu adalah tempat yang disukainya. Sejak ayah meninggal, ibu menyibukkan dirinya dengan merawat tanaman dan mengikuti kegiatan perumahan. Kadang memberikan kelas menjahit untuk pemberdayaan perempuan. Hingga ia tak pernah merasa kesepian lagi. Aku tahu seberapa besar kesedihannya saat ditinggal ayah. Ia hampir putus asa. Ayah adalah kehidupannya. Ayah adalah napasnya. Namun, di saat yang sama pula, ia ingat harus bertahan. Hidupnya harus tetap berjalan. Mungkin, dengan itu pula aku belajar untuk mulai pulih. Meski pagi tadi, aku diingatkan lagi.

Menjelang tengah hari, kami pulang. Ibu membawa serta beberapa tanaman untuk melengkapi taman kecilnya.

Di depan rumah, ia ada di sana. Aku ingin berbalik dan pergi, tapi ibu menahanku.

"Jadilah pria." katanya. Aku pun melangkah bersama ibu di sampingku.

"Eh, kamu Na." Hasna mencium tangan ibuku. Sementara aku masih memalingkan wajahku. "Ibu ke dalam dulu ya, mau mindahin tanaman."

Sekarang aku sendiri, berhadapan dengan Hasna.

"Rake." Panggilnya dengan suara lembut, masih sama. Aku tak menjawab. "Kamu masih marah padaku?" Aku duduk, masih diam. "Aku tahu, aku salah. Aku.... Aku minta maaf," katanya, suaranya mulai serak.

Kugenggam tanganku. Ingin rasanya aku menghantam tembok di hadapanku agar rasa sakit di hatiku teralihkan.

"Rake, tolong bicaralah." Ia memohon.

"Apa maumu?" Tanyaku akhirnya.

"Aku, aku menyesal. Aku, aku sadar bersamamu hidupku pasti lebih baik sekarang." Aku tak tahan lagi. Aku pun bangkit, berhadapan dengannya, menantang matanya.

"Apa kamu bilang? Menyesal? Bukankah dulu kamu bahagia melihatku terpuruk?"

"Tidak, bukan begitu, Ke."

"Lantas?" Ia tak mampu menjelaskan.

"Maafkan aku." akhirnya ia mulai terisak.

"Banyak kesalahan bisa kumaafkan, Na. Kecuali, kebohongan dan pengkhiantan!" Aku pun masuk ke dalam rumah, meninggalkannya sendirian. Beberapa saat setelah pintu kututup, samar-samar masih kudengar isak tangisnya. Tapi aku tidak peduli. Aku tahu aku jahat, tapi yang dilakukannya dulu lebih jahat.

***

You Owe Yourself Happiness (Berutang Kebahagiaan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang