O2-Masa lalu

428 40 6
                                    

"Andai gue ga tertawa saat itu"
-A.P

⌇┢┅┄ ꓸ᭄ꦿ⃔✦𖣘✦▭✧◦👑◦✧▭ ꓸ᭄ꦿ⃔✦𖣘┄┅┧⌇


"Rupanya kemampuan karate lo sama kayak informasi yang gue dapat Javie," ucap seseorang sambil mengepalkan tangannya. Lalu berbalik arah menuju ke mobil kesayangannya.

Berdehem kuat sambil tertawa kecil
"Kita lihat sampai mana kakak lo mampu nerka siasat gue. Atau bahkan ga ngeduga sama sekali?" Tawa lelaki itu diselingi senyuman mematikan. Tangannya membuka pintu mobil kasar. Menelepon seseorang

⌇┢┅┄ ꓸ᭄ꦿ⃔✦𖣘✦▭✧◦👑◦✧▭ ꓸ᭄ꦿ⃔✦𖣘┄┅┧⌇

Javie yang merasakan canggung akhirnya mengangkat suara.

"Sebagai balasan terima kasih, lo mau ga gue traktir es kelapa?" tanyanya diselingi senyum tulus. Jujur saja, Javie merasa haus setelah menyelesaikan tikus penghancur suasana tadi.

"Hey, " tanyanya sekali lagi sambil menoel lengan Arsen karena merasa gemas, tidak digubris oleh lawan bicaranya.

"Arghh sakit woi," balas Arsen sambil meringis, memegangi lengannya selepas berkelahi tadi.

"Sorry-sorry. Yaudah kalo gamau," balasnya nakal sambil tertawa. Matanya ia sipitkan dan gigi-giginya sengaja ia deretkan. Salah satu cara ampuh Javie untuk membuat menurut dan melelehkan hati seseorang.

"Kenapa dia ngingetin gue sama Vira?" tanya Arsen dalam hati. Lintasan masa lalu terulang kembali. Membuat dirinya sedikit menurunkan dagu, Menyesal.

"Woi! Mau kaga? Yaudah gue aja kalo gitu." Javie pun melirik ke kanan dan kiri. Memastikan tidak ada kendaraan yang ini berlalu-lalang. Lalu berlari kecil ke seberang, tukang es kelapa sudah menunggu disana.

Dada Arsen seketika sesak. Memori masa lalunya kembali terlihat. Langkah kecil dan tawa itu.

⌇┢┅┄ ꓸ᭄ꦿ⃔✦𖣘✦▭✧◦👑◦✧▭ ꓸ᭄ꦿ⃔✦𖣘┄┅┧⌇

"Kak Arsie, Vira mawu esklim," kata si anak kecil dengan gemas. Tangannya ia satukan dan menatap kakaknya dengan tatapan mematikan. Puppy eyes

"Gamau, ntar kakak kere," balas Arsen dengan tawa diwajahnya. Tangannya sibuk mengelus puncak kepala si adik, merasa gemas.

"Ihh beliin kak," ancam si adik dengan menatap Arsen tajam. Matanya ia sipitkan dan sedikit memaju mundurkan mulutnya. Sengaja memberi kesan imut agar keinginannya segera di turuti oleh kakaknya.

"Gamau hahaha." Tawa Arsen kembali meledak. Saking gemasnya ia pun mencubit pelan pipi sang adik.

"Yauda adek jalan cendili aja." Si adik berjalan menuju ke seberang, kakinya yang kecil membuat waktu yang ia butuhkan ke tujuan sedikit lama. Dengan lari kecil ia pun tergesa-gesa.

Dengan mata berbinar si kecil pun berhenti, menoleh ke belakang. Melihat apakah si kakak sudah menyusul atau belum.

"Kak, buru-"

BRAKKK

Seseorang menabrak adik kesayangannya, ia terlempar sejauh 5 meter dan terjatuh dengan posisi kepala yang terkena duluan. Sang pelaku terdiam, lalu melanjutkan perjalanannya. Merasa 'semuanya baik-baik saja'

Yang dipanggil tadi pun hanya diam, keringat dingin mengucuri wajahnya. Tangannya bergetar.

"VIRAAA!," teriak Arsen sambil bergegas berlari. Menopang adik kecilnya dan membuka handphone. Hendak menelepon rumah sakit terdekat.

Bertahanlah vira...

"Gue harus apa?" rutuk Arsen dalam hati. Sekarang ia tengah di mobil ambulans, mengantarkan adiknya ke rumah sakit. Bingung apa yang selanjutnya harus ia lakukan.

Sesampainya di rumah sakit, Arsen berlari. Menopang adiknya dan memanggil dokter dan suster yang bekerja di sana. Bergegas, ia takut kehilangan sang adik.

Dalam langkahnya, ia terngiang panggilan sang adik. Menyesal. Karena saat dipanggil ia hanya tertawa, merasa gemas. Kata-kata sang adik mengelilingi pikirannya. Semakin membuatnya merasa bersalah.

"Tolong selamatkan dia dok," katanya pada dokter yang bersegera masuk ke ruang operasi.

Tangannya bergetar, sudah 3 jam dia di rumah sakit dan belum ada kepastian. Keringat dan darah mengucuri tubuhnya, rambut berantakan dan wajah lesu menghiasi penampilannya.

Bahkan sampai detik selanjutnya ia belum mengabari keluarganya, tentang 'bagaimana' kabar si adik sekarang.

2 jam berlalu terasa lama. Lampu di atas pintu operasi berubah warna menjadi hijau. Menandakan proses operasi telah selesai.

Yang akan menentukan nasib Adik dan Arsen sekarang.

Seorang dokter keluar dari ruang operasi, nampak lelah.

"Bagaimana kabar adik saya dok?" tanya Arsen cepat. Tak ingin menunggu lama.

"Adik anda... "

segini dulu yaaaa peEepps! JANLUP VOMENT NYAAA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


segini dulu yaaaa peEepps! JANLUP VOMENT NYAAA. THANKYOUUU!!!!^^

Bagaimana Senja Bertemu [TERBIT DI PENERBIT META]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang