Di sebuah taman universitas, tepatnya di bawah pohon rindang tengah duduk seorang lelaki muda sambil menggenggam sekotak bungkusan warna biru laut; ada hiasan pita mengelilingi kotak itu dan sebuah stiker berbentuk hati bertuliskan Happy Valentine.
Ia mendengus tuk kesekian kali demi memantapkan hatinya yang makin dilema. Tangannya berkeringat dan terasa dingin, kakinya pun ikut dingin meski bebalutkan kaos kaki dan sepatu. Kemudian tubuhnya ditegakkan agar lebih percaya diri; sambil merapikan kemeja hitam bergaris miliknya, sesekali ia menyisir rambut dengan jari-jari tangan dan membenarkan kacamatanya yang sering melorot.
Sekali lagi ia menghembuskan nafas perlahan demi persiapan diri. Tak lama orang yang ia nantikan muncul dari kejauhan dengan beberapa orang yang mengikuti dari belakang, sudah dipastikan mereka adalah penggemar dari orang itu.
Orang cantik mah bebas...
Lagi-lagi kepercayaan dirinya menurun setelah melihat para penggemar itu bergantian menyodorkan hadiah pada si gadis cantik. Seketika ia menatap benda dalam genggamannya dan niat awal pun mulai urung.
Huh... kau memang pengecut, Yujin.
Punggungnya kembali membungkuk dan air mukanya makin lesu. Kini ia hanya mampu menatap dari jauh interaksi yang sejak dulu ingin dilakukannya --mendekat pada si gadis cantik--
Aku juga ingin ke sana... Betapa manismya senyuman itu.
Sebelum berada di taman, Ahn Yujin sempat membulatkan tekat untuk memberikan sesuatu kepada orang yang ia kagumi sejak lama. Seorang gadis yang ia kenal sejak di bangku sekolah menengah.
Ia jatuh hati pada pandangan pertama di hari penerimaan siswa baru. Di saat itu Yujin belum benar-benar menyadari bahwa dirinya menyukai teman sekolahnya itu. Namun ketika naik di kelas dua Yujin mulai sadar kalau perasaan yang ia miliki adalah rasa suka.
Ketika Yujin dan gadis itu berada di kelas yang sama dan saat itu jadwal piket mereka bersamaan, Yujin tak sengaja mendengar sang pujaan bersenandung lembut; suaranya merdu dan membuat jantung Yujin berdebar kencang. Sepersekian detik matanya tak berkedip menatap sosok yang sedang menyapu sambil memunggunginya itu.
Perasaan apa ini?
Yujin memegang dadanya yang seakan ingin meledak. Terlebih ketika gadis itu berbalik dan mata mereka bertemu, wajah Yujin seketika memerah dan tubuhnya langsung berbalik saat gadis itu melemparkan senyum padanya.
"Hei, Ahn!"
Yujin terkejut gadis itu mengetahui namanya-- ah iya! Tentu saja, mereka kan sekelas, pastinya gadis itu tahu namanya, Yujin jadi malu sendiri.
Tapi tetap saja, masakan orang terkenal seperti gadis itu mau repot-repot kenal namanya. Apalagi Yujin hanya anak lelaki berkacamata yang polos, jarang berteman dan tak banyak bicara. Mana mungkin ada yang tertarik dengan dirinya. Meski begitu sesungguhnya Yujin punya wajah yang tampan kalau diperhatikan lebih intens. Tapi mana ada orang yang mau repot-repot melakukan hal itu padanya.
"Oiii! Ahn! Kau dengar aku tidak?" Lagi gadis itu melantangkan namanya. Membuat Yujin bergidik dan langsung berbalik karena takut.
"A-ada apa?" Tanya Yujin malu-malu. Sebab ini adalah percakapan pertama mereka selama nyaris setahun di kelas yang sama.
"Kau suka musik?"
"Ya?" Yujin mendadak bingung disodorkan pertanyaan begitu.
"Kau bisa bermain alat musik?" Gadis itu mendekat dan mendudukkan diri di atas meja dekat Yujin berdiri.
"Pianika... aku hanya bisa bermain itu" jawabnya pelan sambil menunduk dan membenarkan kacamatanya yang melorot.
Gadis itu tertawa seketika "Bahkan anak TK juga bisa melakukan itu. Aduh, Ahn.. kau lucu sekali sih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me!
RomanceKetika manusia takut untuk mengungkapkan rasa, maka segala sesuatu mendadak rumit... "Terima kasih atas ilmunya, Nona..." Ahn Yujin tersenyum bangga saat menatap sang guru yang sudah beberapa bulan ini membantunya belajar alat musik. "Sekarang gilir...