Yuri memeriksa kembali alamat yang tertera pada ponselnya. Keningnya berkerut saat melihat besarnya bangunan yang berdiri di hadapannya ini. Tapi tak mungkin ia diberi alamat yang salah, apa pula untungnya bagi si pengirim.
Takut dianggap aneh oleh tetangga sekitar karena sudah cukup lama ia berdiri di depan gerbang, sebab besar keraguannya untuk menekan bell dan mengajukan maksud pada satpam yang bekerja di rumah itu, Yuri pun berniat untuk pergi.
"Nona?" Suara berat nan lembut menggema di telinganya. Ia kenal suara ini. Yuri langsung menoleh.
"Mau kemana? Ayo masuk! Apa kau daritadi di luar?" Orang itu keluar melewati gerbang rumahnya dan menghampiri Yuri.
"Ini benar rumahmu?" Tanya Yuri memastikan, dengan sedikit rasa tak percaya.
"Bukan. Ini rumah orang tuaku. Aku belum bekerja jadi belum bisa punya rumah sendiri" ucap pria itu diselingi tawa.
"Astaga! Kau ini! Itu sama saja!" Yuri tertawa.
"Ayo masuk" ajaknya sambil menarik tangan Yuri dengan polosnya.
Yuri jadi kaget dan wajahnya memerah "Anu... Tuan--" ia berusaha menyadarkan Yujin, tapi pria itu malah salah sangka.
"Oh iya.. sini gitarnya" niat Yujin baik, mau membawakan gitar yang digendong Yuri, tapi tangan kanannya masih menggenggam pergelangan tangan Yuri.
Sepanjang menyusuri ruang yang dilewati untuk sampai ke tempat yang dituju sang empunya rumah, Yuri tak sedikitpun berani mengangkat bebas kepalanya, sebab beberapa pasang mata mulai dari yang ada di halaman sampai di dalam rumah menatap mereka berdua dengan ekspresi terkejut berseling senang.
Orang-orang itu adalah para pekerja di rumah Yujin. Mulai dari penjaga, tukang kebun, pembantu sampai supir ada di sana. Pasalnya, selama ini Yujin tak pernah membawa teman ke rumah. Sekalinya ada, yang dibawa justru perempuan, dan mereka semua menganggap kalau Yuri adalah pacar Yujin.
"Tu-tuan, berhenti sebentar!" Yuri menahan dirinya agar tak semakin ditarik Yujin. Spontan pria itu juga ikut berhenti dan menatapnya dengan bingung.
"Aku bisa jalan sendiri" ucapnya malu. "Dimana kita akan belajar gitar?" Tanya Yuri dan mulai berani mengangkat pandang.
"Di kamarku"
"Ha--" Yuri tersentak "Apa?! Dimana?" Tanyanya lagi memastikan barangkali ia salah dengar.
"Iya. Di kamarku. Ayo, naik ke atas" ajak Yujin lagi-lagi menarik tangan Yuri tanpa seijin orangnya.
Yujin terlalu bersemangat hari ini sampai semalaman tak bisa tidur. Karena itu ia sangat antusias menarik Yuri.
"Tunggu--" Yuri tak kuasa menarik tangannya dari pria kekar yang sejak tadi berjalan di depannya itu. Akhirnya dengan terpaksa ia pun pasrah ditarik ke tempat yang membuatnya berdebar sejak tadi.
Positive thinking, Yuri. Kalian hanya belajar gitar, jangan mikir macam-macam. Yujin orang baik.
Yuri berusaha menenangkan konflik antar batin dan benaknya dengan berpikir positif. Meski ia agak takut. Sampai di depan kamar dan Yujin langsung membuka pintunya. Tapi hatinya makin tak karuan.
Tapi rumahnya kan luas. Kenapa harus di kamar?! Apa dia tidak pernah belajar biologi?!
Sekarang pikiran Yuri ikut kacau. Mungkin ia bersiap menarik diri kalau pria itu benar-benar membawanya masuk ke kamar. Apalagi ia tak pernah masuk ke kamar pria kecuali kamar Hyewon, itu pun masuknya ia berdua dengan pacar Hyewon saat itu.
Siapapun tolong--
"Yujin?"
Mereka berdua langsung menoleh saat suara memanggil nama Yujin. Itu adalah sang kakak. Berdiri tepat di depan mereka dengan ekspresi heran, terkejut tapi juga senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me!
RomanceKetika manusia takut untuk mengungkapkan rasa, maka segala sesuatu mendadak rumit... "Terima kasih atas ilmunya, Nona..." Ahn Yujin tersenyum bangga saat menatap sang guru yang sudah beberapa bulan ini membantunya belajar alat musik. "Sekarang gilir...