Jo Yuri, nama gadis itu. Ialah yang akan mengajari Yujin bermain gitar nantinya. Setelah membicarakan beberapa hal mengenai biaya pendaftaran dan sebagainya akhirnya Yujin setuju dengan segala persyaratan serta peraturan yang ada.
Peraturannya sangat simpel; hanya datang tepat waktu, dan membayar tepat waktu. Sedangkan untuk persyaratan, Yujin hanya disuruh untuk punya gitar sendiri. Karena les musik ini baru saja di buka, instrumen yang ada pun terbatas dan hanya bisa digunakan oleh para pengajar. Semula ia sama sekali tak keberatan soal itu, tapi setelah mendengar penjelasan Yuri, ia mulai pusing akan beberapa hal.
"Aku rekomendasikan Gitar Classic HRN C315"
Setelah dijelaskan bahwa Yujin harus punya gitar sendiri, ia bingung gitar seperti apa yang harus ia beli. Langsung saja dirinya meminta rekomendasi pada yang lebih tahu. Tapi penjelasan gadis itu tak banyak membantu, justru malah membuatnya pening.
"H-HRN?" Yujin mengulang ucapan sang guru dengan bingung.
"Ya.. singkatnya, kau hanya perlu gitar klasik sebagai pemula. Kebanyakan para pemula memakai yang jenis klasik untuk belajar gitar"
"Ohh..." Yujin mulai paham "lalu, kenapa harus HRN C315?
"Aku hanya menyukai jenis itu" jawab Yuri asal sambil menyengir. Tentu saja membuat Yujin melotot tak habis pikir. Semudah itu?.
Sebenarnya tidak hanya karena suka, Yuri merekomendasikan itu karena gitar jenis itu adalah alat musik pertama yang ia miliki saat memulai belajar musik. Bagi Yuri gitar itu memberinya keberuntungan dalam bermusik, serta membangkitkan semangat untuk terus berjuang di kala putua asa. Karena itu ia tak segan merekomendasikannya, sebab Yuri merasa kalau gitar itu juga akan memberikan keberuntungan pada Yujin.
"Lihat ini!" Yuri meraih gitar yang diberdirikan tak jauh dari posisinya dan menunjukkan pada Yujin.
"Cantik kan?" Ujar gadis itu membanggakan instrumen miliknya. Sedang Yujin hanya mengangguk meski menurutnya sendiri itu terlihat normal pada umumnya.
Apa istimewanya?
"Selain harganya lebih terjangkau, bahannya juga ringan. Jarimu pun tak akan mudah sakit karena senarnya terbuat dari nilon" Yuri menyodorkan gitar itu pada Yujin dan membiarkannya merasakan sendiri betapa beban benda tersebut ringan, mudah digenggam dan tak sukar dipetik. Lekuk bodi gitar itu juga pas di pangkuannya.
"Ah iya. Benar" Yujin terpukau saat merasakan jemarinya menyentuh setiap inci gitar tersebut. Ditambah suara senar yang ia petik terdengar enak.
"Kau bisa mendapatkannya di toko alat musik. Aku sarankan ke toko yang di perumahan depan sana" Yuri berdiri dan mendekat pada jendela lalu menunjuk ke arah bangunan tinggi. Yujin mengekor dari belakang.
"Di sana selain terjangkau harganya, barang-barangnya juga bagus. Dijamin tak mengecewakan" lanjutnya lagi.
"Terima kasih" ucap Yujin tepat di belakang gadis itu, membuat hembusan nafasnya menggelitik kulit Yuri.
Karena terkejut, Yuri langsung berbalik dan mata mereka mendadak bertemu. Ia seakan berhenti bernafas dan matanya tak mampu berkedip. Begitu pun Yujin yang jelas-jelas merona karena malu.
"Ah! Ma-maaf" Yujin melangkah mundur dan langsung membungkukkan badan.
"Tidak apa-apa" jawab Yuri canggung. "Ba-baiklah, kita ketemu lagi besok lusa, dan hubungi saja aku kalau kau butuh saran atau ingin menanyakan hal-hal lainnya"
Yujin mengangguk paham. Setelah itu ia pamit undur diri dari sana. Sepanjang jalan keluar komplek, benaknya terus memikirkan seperti apa dirinya nanti kalau sudah jago bermain gitar. Apakah gadis pujaannya itu akan terpesona padanya? Hatinya benar-benar sudah tak sabar. Senyum lebar pun terus menghiasi wajahnya seharian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me!
RomanceKetika manusia takut untuk mengungkapkan rasa, maka segala sesuatu mendadak rumit... "Terima kasih atas ilmunya, Nona..." Ahn Yujin tersenyum bangga saat menatap sang guru yang sudah beberapa bulan ini membantunya belajar alat musik. "Sekarang gilir...