LINE
Sara
Punten kak jaehyunJaehyun
Kenapa ra?Sara
Ga kenapa kenapa
Happy birthday ya, kak. Maaf telat
12.57Sara tersenyum lebar begitu pesannya terkirim. Jangan tanyakan kenapa, kakak tingkatnya itu salah satu orang yang sering menjadi rekannya saat mengikuti kepanitiaan. Jadi tidak ada salahnya juga dia membalas dengan sebuah ucapan singkat penuh makna itu walaupun terlambat.
Mata gadis itu menyipit, entah karena matahari yang terik siang itu atau sekedar ingin memastikan objek yang berada sekitar sepuluh kaki dari tempatnya berdiri memang sesosok yang dia cari.
Ternyata benar. Seorang laki-laki dengan kulit mulus dan alis yang mampu membuat para wanita iri terduduk rapi tepat di depan pintu masuk Stasiun MRT Bundaran HI.
Tidak ada perjanjian, tapi keduanya tidak sengaja memakai baju yang serupa. Dengan atasan kemeja kotak-kotak bernuansa hitam dan putih membuat mereka terlihat seperti kakak-adik--atau bahkan pasangan.
"Kak Mark...maaf ya lama."
Mark menoleh kaget, namun tersenyum lebar menampilkan barisan giginya yang sempurna, "Eh-iya..."
"Langsung aja yuk."
"Lady first."
"Gapapa udah jalan aja buruan kak, ilah."
"Gue ga ngerti naik MRT. Lo duluan please."
•©•
"Jadi gimana pendapat lo, Ra?"
Sara mengedarkan pandangan sekilas. "Ini beneran kita berdua doang?"
Mark mengangguk, "Emang dikirain sama siapa lagi?"
"Sama Haechan, trus temennya yang dua lagi itu."
Pemuda itu menyeruput jus semangkanya yang tinggal setengah dari volume gelasnya. "Mereka lagi gue suruh liat referensi debater-debater dari kampus lain."
"Oh..."
Sara bukannya bermaksud untuk mematikan obrolan, hanya saja dengan kehadiran orang yang ada di depannya ini membuat otaknya mendadak lupa ingin menjawab apa lagi. Otaknya berhenti beroperasi sementara wajahnya tetap berusaha tenang. Di saat seperti dia baru menyadari, kenapa dia menerima ajakan Mark ya?
"Tau kasus yang lagi diomongin tentang gender equality ga?"
Sara gantian mengangguk.
"Sebagai cewek, gimana lo nanggepin isu kayak gitu?"
Gadis itu mengambil napas panjang, terlihat berpikir keras. "Kak please gue kalo ngobrol sama lo makin keliatan begonya ntar."
"Ini bukan tentang pinter atau begonya. Yang penting opininya."
"Kalo gue mau nyari opini orang pinter, gue bisa aja ngajak anak mawapres. Tapi gue milih diskusi sama lo, dan pasti gue punya alasannya." lanjut Mark lagi.
Sara tidak bisa melakukan hal lain selain menatap kedua netra cokelat hazel lelaki itu memelas, yang justru dibalasnya dengan sebuah kerlingan mata.
"Kak Mark jangan gitu dong!"
Mark tertawa puas, "Kan gue ngedip doang. Tapi yang kiri ga ikutan."
"Ya itu namanya wink!"
"Makanya jawab." balas Mark cepat.
Sara mengusap wajahnya kasar, "Aduh gimana ya..."
"Ini menurut gue aja ya, kenapa ada masalah equality nya itu mungkin karena konsep gender di masyarakat udah terpatri kalo cewek itu lembut dan emosional." jelas gadis itu membuka diskusi.
"Jadi ya...diskriminasi. Asumsi mengenai cewek yang lembut dan emosional itu bikin stigma di masyarakat kalo cewek ga bisa jadi pemimpin, dan cuma bisa kerja ngelayanin laki-laki."
Mark hanya menyunggingkan senyum tipis.
"Iya emang cowok lebih kuat dalam hal tertentu. Tapi orang sering banget salah ngartiin gender dan sex ga sih? Tentang fisik laki-laki yang lebih kuat, itu masuknya ke sex. Kalo tentang sifat, peranan, dan posisi yang dibuat oleh masyarakat namanya gender." lanjutnya lagi mulai bersemangat.
"Ngomong-ngomong, lo juga sebagai cowok, gimana ngehadapin persepsi orang-orang tentang laki-laki yang harus kuat dan ga boleh nangis?" timpal Sara tiba-tiba balik bertanya.
Mark menunjuk dirinya sendiri, "Gue?"
"Iya."
"Suddenly?" tanyanya lagi.
"Kan lo ngajak diskusi ya gue berhak nanya dong?" sahut gadis itu sambil sedikit mendelik.
"Gue ga mau jawab. Gue mau nanya balik aja. Lo kan dari tadi pro gender equality, coba sekarang lo jadi pihak kontra-nya."
"Ini lo ngajak diskusi atau privat ngajarin gue debat sih?"
"Dua-duanya." sahut Mark singkat.
"Hah?"
"Untuk ukuran yang ga ngerti apa-apa soal debat, basic lo bagus banget. Ga ada minat mau masuk debat trus membangun masa depan bareng gue apa?"
"Oh jelas mau."
Mark terbelalak kaget. "Serius mau masuk debat?!"
"Mau membangun masa depan barengnya aja. Debatnya ngga."
"Becanda ga lo? Kalo becanda gue ketawa nih?"
"Gatau. Ngomong aja sana lo sama sedotan." Sara memutar badan, meraih sebuah dompet merah muda dan mengeluarkan selembar uang berwarna biru.
"Apa nih?"
"Duit."
"Iya duit apaan maksudnya?" sahut Mark sedikit mulai frustasi.
"Balikin duit yang waktu itu lo bayarin gue makan."
Mark menyender, terlihat berpikir.
"Ambil dong, tangan gue pegel." Sara melirik tangannya yang terulur mengambang di udara.
"Duitnya buat makan aja. Lo bayarin gue gantian."
"Kata Haechan lo suka pecel lele. Mau hunting pecel lele paling enak?"
•©•
LINE
Jaehyun
Ahaha makasih, ra
Oh iya btw gue ada voucher gratis nonton 2 nih dari papa
Kebetulan lagi pengen nonton birds of prey
Mau nemenin nggak?
13.22Sara melihat sudut kiri atas layar ponselnya. Jam digital itu menunjukkan waktu 19:11. Ia terkesiap kaget.
Sara
Yaampun kak sorry banget baru banget pulanggg
Abis jalan bareng temenn
Maaf banget maaf banget_
__
LINE
Farah
Ra dicariin pangeran jaehyunSara
Iya far udah gue bales chatnyaSara meringis setengah kesal. Tidak disangka ternyata dirinya menghabiskan waktu sebanyak ini hanya untuk berburu pecel lele terenak di sekitaran jalan raya bersama manusia bernama Mark Lee. Yang justru membingungkannya lagi, laki-laki itu bahkan mengantarnya pulang sampai ke rumah walau tidak membawa sepeda motor kesayangannya.
LINE!
Jaehyun
Gapapa ra
Masih bisa besok2 kok
Ada waktu?____
LINE
Mark
Makasih obrolannya tadi. U r so fun!
Semoga bisa diskusi lagiIni kenapa kak jaehyun ngajak nontonnya ke gue anjir?
Ini juga kak mark yu ar so fun yu ar so fun, gue mati2an nahan grogi blegug
-sara
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBATER -Mark Lee
FanfictionGimana rasanya naksir anak debat? "Kirain debat doang passion aku, ternyata kamu juga." "Dakjal" © sarawberries