"Sar, mampir mcd baru yang di deket halte yuk?" tanya seorang perempuan dengan blazer bercorak kotak-kotak saat dosen terakhirnya sudah keluar ruangan. Alih-alih menjawab, yang diajak bicara malah memperhatikan jam di ponselnya. Pukul enam belas lebih empat puluh menit. Harusnya kelasnya berakhir setengah jam yang lalu, tapi dosennya tadi memang suka menambah waktu perkuliahan seenaknya sendiri.
"Sorry, Far. Gue mau ketemu sama seseorang dulu." jawab Sara selang beberapa detik.
"Siapa?"
"Gue juga ga tau siapa." balas Sara sambil tercengir.
Gadis di depannya merengut, "Trus ga balik bareng dong kita?"
Sara mengangguk pelan, "Sorry, ya."
"Gapapa. Yaudah gue duluan ya!"
Sara buru-buru memasukkan laptop-nya ke tas khusus, "Tungguin, gue mau ke depan juga sekalian. Orangnya minta tunggu di depan."
•©•
Sara tiba di depan gedung jurusannya. Dia memutar pandangannya. Netranya menelusuri sekumpulan-sekumpulan orang yang tersebar di tempat itu walau penglihatannya buram karena tidak memakai kacamata. Sesekali jarinya menari di layar ponselnya berharap ada petunjuk tentang siapa yang akan ditemuinya beberapa saat lagi. Namun tiba-tiba telinganya mendengar sebuah suara yang familiar memanggil namanya dari arah belakangnya, tepat di mana banyak tempat yang terbuat dari batu berjejer rapi disertai keramaian yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sara mendekat, memantapkan langkahnya menuju seseorang yang melambaikan tangannya tinggi-tinggi. Ada sebuah gitar di pangkuan orang itu.
"Loh? Kak Mark?!"
Mark tertawa lebar, "Kok kaget gitu mukanya?"
Laki-laki itu menepuk ruang kosong di sisi kirinya. Dengan ragu, gadis dengan dress berwarna khaki itu menurut.
"Jauh banget mainnya sampe ke sini." ujar Sara.
"Iya, lagi pengen aja jalan-jalan. Sama nyoba gitar eds udah lama ga dimainin. Lo sendiri ngapain? Kok ga pulang?"
"Nungguin orang, Kak."
Mark merespons dengan anggukan-anggukan kecil. Kemudian jarinya dengan anggun menggetarkan senar-senar sambil sesekali mengatur tuner karena nadanya yang kurang selaras.
"Lo bisa gitar?" tanya Mark kepada gadis itu tanpa menoleh, sambil masih membunyikan alat itu.
"Boro-boro."
"Kalo nyanyi? Bisa dong ya pasti?"
Sara menggeleng kuat. Mark malah terkekeh lagi, memilih mengabaikan jawaban gadis itu barusan, "Tau lagu ini ngga?"
Mark melanjutkan petikannya pada gitar akustik itu dengan santai.
A A F#m D F#m D
"Lagunya Justin?" tebak Sara.
"Intensions?" tebaknya lagi. Senyum Mark mengembang mendengar jawaban tepat itu. Kepalanya ikut bergerak selaras dengan petikan nada yang dimainkannya.
Picture-perfect, you don't need no filter
Gorgeous, make 'em drop dead, you a killer
Shower you with all my attention
Yeah, these are my only intentionsMark bernyanyi sambil sesekali memperhatikan gitar dan gadis di sampingnya bergantian.
Stay in the kitchen, cooking up, got your own bread
Heart full of equity, you're an asset
Make sure that you don't need no mention
Yeah, these are my only intentions
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBATER -Mark Lee
FanfictionGimana rasanya naksir anak debat? "Kirain debat doang passion aku, ternyata kamu juga." "Dakjal" © sarawberries