Sara
chan lo di toilet?Haechan
IyaSara
Gue di deket pintu nihHaechan
Trus napa? lo mau ikut masuk?Sara
Keluar cepetan
Lama amat kayak lagi nyuci bajuHaechan
Ada apaanSara
Mau melukTak lama, pintu utama toilet itu terbuka, menampilkan seorang laki-laki dengan jaket jeans dan celana hitam berjalan keluar ruangan yang langsung disambut dengan Sara yang tiba-tiba mendekap erat Haechan disertai dengan lompatan-lompatan kecil.
"Lo ngapain sih elah masih pagi." Alis Haechan menyatu heran. Tapi tidak menolak perlakuan gadis yang masih mengunci lengannya memutari pinggang Haechan dan juga tidak membalas.
"Kemaren sore gue abis simulasi kiamat." cerita gadis itu dengan antusias.
Mata laki-laki itu membulat terpaksa, "Hah anying serem amat."
Haechan berjalan sambil memperhatikan Sara di sampingnya yang sepertinya mood-nya sedang sangat bagus."Lo bayangin aja dia ngirim bunga-bungaan ke rumah gue malem-malem nyuruh ketemu jam lima, trus gue nungguin sampe hampir jam setengah enam, taunya yang gue tungguin itu sebenernya dia."
"Deg-degan banget gue sampe sekarang, bos." lanjut Sara, mendekap tubuhnya sendiri.
"Heh, karyawan." Haechan merangkul pundak Sara sambil menatapnya jengah. Sebenarnya, tanpa diceritakan pun, laki-laki itu sudah tahu. Instingnya sekuat detektif.
"Lo nya aja yang kegoblokan. Masa ngga ngeh sama sekali kalo itu dari Mark?" lanjutnya.
"Lagian dia nulisnya pake indo. Ya mana gue tau, Lee Haechan." balas gadis itu tidak mau kalah.
"Ya ketauan juga kali pas dia nyamperin gedung lo. Ngapain juga coba jauh-jauh kalo gaada tujuannya?"
"Iya iya iya gue emang bego. Tapi ngomong-ngomong, lo jangan pernah marah kayak kemaren lagi ya? Gue takut. Lo serem."
"Gue itu ga marah." Haechan menghentikan langkahnya.
"Males aja soalnya lo gajelas, mainin perasaan orang." tambahnya disertai dengan delikan meledek.
"KOK GUE LAGI?!"
"Bayarin ketoprak dong. Soalnya kan gue berperan penting dalam proses jadian lo."
•©•
"Jadi, gimana? Tertarik ga kira-kira jadi moderator seminar ini?"
Mark meraih sebuah map transparan berisi beberapa lembar kertas yang sejak tadi diletakkan di meja. Sementara di hadapannya, seorang pemuda tampan meletakkan kedua tangannya di pangkuannya, menunggu jawaban-Jung Jaehyun. Semalam, memang salah satu senior yang bernama Johnny menghubungi Mark untuk meminta izin memberikan kontaknya pada Jaehyun karena dia merekomendasikan Mark kepadanya untuk menjadi moderator. Dan beginilah, sudah sekitar satu jam dua orang itu bertemu di sebuah coffee shop bernuansa minimalis sambil berdiskusi. Dua cangkir berisi kopi di meja mereka sudah hampir tidak mengeluarkan uap lagi.
Mark mengangguk-angguk kecil sambil membenarkan posisi kacamatanya, "Boleh, temanya menarik. Tapi tolong bantuannya, ya. Soalnya ini baru pengalaman kedua gue jadi moderator." Mark mengakhiri kalimatnya dengan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEBATER -Mark Lee
FanfictionGimana rasanya naksir anak debat? "Kirain debat doang passion aku, ternyata kamu juga." "Dakjal" © sarawberries