5. Mariot and Idiot

96 17 44
                                    

Sebelum baca, ucapkan selamat tinggal pada temannya Croisant—Danish. Dia udah ganti dengan nama aslinya—Kriss. So, jangan lagi menyamakan pria tampanku dengan makanan pastry itu 😌

Oke, happy reading, Jum!

***

Playlist: Kill This Love

***

"Sayang, kamu serius magangnya harus di Mariot?"

Sembilan kali. Ya, itu adalah kalimat ke sembilan yang dilontarkan mama padaku sejak tadi malam, dan delapan jawaban sudah keluar dengan silabel yang sama—ya.

Aku mendesah panjang. Segala cara sudah kulakukan agar bisa bertukar tempat dengan anak lain, hasilnya tetap sama—tidak bisa. Bahkan Ciena juga harus merelakan dirinya satu tempat dengan gadis yang tak boleh disebutkan namanya—Desi.

Ops, sengaja.

"Mama doakan saja semua berjalan lancar sampai kegiatan itu selesai. Tita baik-baik saja."

Sudah cukup acara berperang dengan makhluk keras kepala bernama 'hati'. Tak ada yang tahu masa depan seperti apa. Seperti novel yang gemar kubaca, aku tak akan mengerti bagaimana akhir sebuah kisah jika belum melewati lembar demi lembar hingga di paragraf terakhir, begitulah saat ini aku harus melangkah. Semua akan baik-baik saja. Aku berada di tempat umum dan aku juga tidak sendiri, setidaknya aku harus profesional.

Baiklah, itu adalah segaris kata mutiara yang terselip dalam bacaan novel romance milikku. Berkata baik-baik saja tapi justru sebaliknya yang terjadi. Klise, tapi harusnya memang seperti itu. Sesuatu yang berada di antara paham utopis dan realita, itulah hari esok—atau sebut saja mada depan, partikel yang berisi dengan harapan dan impian.

 
Hari ini mungkin akan sedikit berat,  bukankah memang seperti itu definisi hari pertama? Setelah kemarin menjejakkan diri di Mariot untuk sesi perkenalan dan pembagian tugas masing-masing, di sinilah aku berada; mengganti baju dengan rok sepan pendek, kemeja putih, rompi merah beserta dasi kupu-kupu dan tentu saja pump shoes dengan heel lima senti—perpaduan yang manis untuk seorang waitress.

Adel dan Tere berada di bagian HK, sementara aku dan Kevin di bagian F&B service. Jika boleh memilih aku lebih suka di bagian HK, bersembunyi dari ramainya pengunjung hotel dan harus memasang wajah semanis mungkin di hadapan mereka. Membayangkan saja sudah membuat wajah pegal. Baiklah, kembali pada kata mutiara ajaib Titania; profesional.

Simpan saja keluhanmu untuk diri sendiri.

Hei, perut! Berbaik hatilah padaku kali ini. Jangan menunjukkan kebiasaanmu yang selalu melilit saat gugup melanda.

Aku harus mengurangi tingkat kegugupanku jika tidak ingin terkena masalah di hari pertama dengan mencari musuh senior melalui tindakan cerobohku. Bagaimana pun, kesan pertama harus baik. Begitulah petuah dari Daniel tadi malam.

Baiklah, mari terjun ke dunia yang sebenarnya.

Langkah kakiku perlahan menaiki tangga untuk mencapai restaurant. Di sana masih sepi, belum banyak yang datang. Terang saja, ini masih pukul 05.40, dua puluh menit sebelum jam masuk. Berpegang pada petuah Daniel di atas, aku serius tidak ingin membuat kesan buruk dengan datang terlambat. Untuk itu, aku berangkat lebih pagi agar mentalku lebih siap untuk delapan jam ke depan di hari pertama ini.

Sunday (You Are My Favourite Taste)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang