dua puluh satu;terpojokkan

24 2 0
                                    

Ketika sepi sangat merasa sepi
Ketika ramai masih tetap sepi
Trauma itu masih terus membekas
Takut menyapa, apalagi berinteraksi
Rasanya dunia begitu fana

Dunia seperti hanya berisi orang yang tak paham
Mereka yg menghakimi, tapi tak pernah tahu rasa nya di hakimi
Mereka yg membicarakan, ku anggap itu hanya burung yang sedang bersiul
Tapi tidak
Diam, itu memang emas
Tapi jika diam itu terus di injak tangan ini takkan diam
Otak yang terus banting
Mulut yang sering membisu
Badan nya tak pernah di beri luang untuk rehat
Kini ia sakit, kesakitan, karena kalian yang terus menikam hatinya dengan sejumlah perkataan.

Lukisan PiluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang