Sneaker shoes itu melangkah bersama langkah kaki seorang wanita dengan tas putih di pergelangan bahunya. Itu Ashika yang sedang menyusuri lorong kampus melewati satu demi satu pilar besar.
Tangannya terpegang erat. Tubuhnya tertarik mengikuti arah kemana tangan menarik. Berusaha lepas namun itu mustahil. Teriakan terdengar keras di sana. "Siapa kau?!" Pertanyaan tegas itu meluncur dari bibir Ashika yang masih menutup matanya.
"Ssshhh.." jari telunjuk mendarat di bibir tipis Ashika yang membuatnya bungkam.
"Ini aku," lanjutnya.
Perlahan mata itu mulai terbuka dan seorang laki-laki yang tak asing lagi dimatanya.
Bian. Anak tampan di kampus. Ia lebih memilih dekat dengan Ashika anak polos dari pada dengan wanita lain yang selalu mengejarnya.
"Oo...kau?" Pertanyaan itu keluar pertama kali dari bibir Ashika. Nama yang ia kenal sejak awal semester terakhir.
Flashback on
"Tunggu!tunggu!" Ashika mencegah seorang lelaki yang akan duduk di sebuah kursi baris kedua.
Lelaki yang tadinya akan duduk hingga menunda duduknya. "Ini kursi ku, kenapa kau disini?" Tanya Ashika padanya.
"Tapi aku yang melihatnya dulu," jawabnya.
"Apa kau buta?" Tanya Ashika.
"Lancang sekali kau bicara begitu." Wow lelaki itu bisa marah.
"Maaf, tapi apa kau tidak bisa melihat ada tas disini?" Tanya Ashika.
"O..tas ini."
"Ya, tas ini. Kau menyingkirkannya dengan sangat enteng. Tapi apa kau tau milik siapa tas ini?" Tanya Ashika.
"Milik siapa?"
"Tentu saja aku. Ashika Avisha!" Dengan bangga Ashika menyebutkan namanya.
Sesaat wajah Bian berubah drastis. Dari yang semula biasa kini menjadi lebih tajam tatapannya.
"Ehkm. Ada apa?" Tanya Ashika membuyarkan lamunan lelaki itu.
"Tidak pa-pa."
"Duduklah. Ini kursi mu, kan?"
Senyuman kembali membalas. "Aku Bian." Lelaki itu mengajukan namanya sekaligus menjulurkan tangannya.
"Apa?" Tanya Ashika terkejut.
"Aku Bian. Namaku Bian." Lelaki itu kembali mengulang namanya.
"Tidak. Maksudku..
"Kau berkenalan denganku?" Tanya Ashika heran.
"Ya, kenapa? Bukan hanya berkenalan. Maukah kau menjadi temanku?"
"Teman?"
"Selama aku di kampus ini tidak ada lelaki yang mau berteman denganku. Jangankan berteman berkenalan saja denganku mereka ogah."
"Tapi kau?"
"Aku tidak percaya."
"Kenapa mereka tidak mau berteman denganmu?" Tanya Bian.
"Mungkin karena penampilanku yang tidak semenarik wanita yang lain." Jawab Ashika.
"Penampilan tidak pernah mewakili hati dan kebaikan seseorang."
"Tapi penampilan juga mampu menipu seseorang yang memandang." Lanjut Bian.
"Aku Ashika." Ashika mengulurkan tangannya setelah tangan Bian turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Die In Love
Mystery / ThrillerKeindahan... Kebahagiaan... Kehidupan yang sempurna... Berubah drastis saat sang ayah tiada di depan indranya. Yang mengharuskan dirinya untuk membangun keluarga kecilnya sendiri. Semuanya kembali berubah saat sang penguat datang ke dalam kehidupann...