Die In Love

14 1 0
                                    

Bel istirahat kampus berbunyi memasuki kelas demi kelas. Semua mahasiswa menata buku di mejanya untuk meninggalkannya keluar. Terkecuali Ashika yang enggan keluar setelah menata bukunya.

"Mau ke kantin?" Tanya Lia menghampiri tempat duduk Ashika.

"Tidak," jawab Ashika sebelum akhirnya ditinggal keluar Lia.

Sedikit cerita tentang Lia. Lia tipe cewek penutup. Tapi dia juga wanita yang baik dan setia dalam menjalani hubungan. Dia wanita yang sulit untuk ditebak.

Tidak selang berapa lama seorang lelaki muncul dari ambang pintu dengan jaket kulitnya yang sangat cocok saat dipadukan dengan celana jins.

Tidak segan lelaki itu mendekati dimana Ashika duduk. Menghentikan Ashika membaca novel lelaki itu menunjukkan wajah tampannya pada wanita didepannya saat ini.

"Bian?" Tanya Ashika sontak terkejut.

"Apa kau tidak ada kerjaan lain selain mengagetkan ku?" Tanya Ashika.

"Kau kaget lagi?" Bian berbalik tanya.

"Aku bingung aku yang selalu membuatmu kaget atau kau yang selalu kaget?" Tanya Bian.

"Sama saja." Jawab Ashika.

"Lupakan topik itu. Kembalikan novel itu!" Tegas Ashika menunjuk novel yang di genggam oleh Bian.

"Itu, itu, dan itu." Kenapa kau selalu membaca novel kisah cinta lama?" Tanya Bian menyerahkan novel yang temanya telah ia sebutkan.

"Apa kau tidak bosan? Rasanya setiap hari selalu ku lihat novel ini ditanganmu." Lanjutnya.

"Sudah hampir tiga kali aku membacanya, tapi tidak ada rasa bosan." Jawab Ashika.

"Seperti aku berteman denganmu, tidak ada bosannya menghabiskan waktu bersama walaupun sampai ajal menjemput." Kata-kata itu tepat sasaran sehingga membuat Ashika tersipu.

"Ooo..gombalan sahabat atau yang lain?" Tanya Ashika memancing.

"Apa yang kau mau? Sebagai sahabat atau yang lain?" Tanya Bian.

Hening terjadi sesaat diantara mereka sebelum akhirnya Bian angkat bicara, "Mau makan malam denganku?" Tanyanya.

"Makan malam?"

"Iya, aku mohon kali ini jangan menolak." Bian menyatukan kedua telapak tangannya demi mendapatkan jawaban ya dari Ashika.

"Tapi, Bian.."

"Jangan menolak. Hanya sepuluh menit." Potongnya.

"Kau akan menjadikan sepuluh menit itu menjadi satu jam," balas Ashika yang diiringi senyum ringan dari Bian.

"Ayolah, Ashika." Mohon Bian.

"Apa yang akan kau lakukan jika jawaban ku ya? Dan apa yang akan kau lakukan jika jawabanku tidak?" Dua pertanyaan melayang pada Bian dari Ashika untuk mempertimbangkan keputusannya.

"Aku akan sangat bersyukur jika jawabanmu iya. Karena aku ingin membahas satu hal yang tidak pernah kita bahas."

"Jika tidak?" Tanya Ashika.

"Aku akan mencium mu sampai kau mau." Ucap Bian dengan kegelia

"Apa kau gila?!" Dengan keras Ashika melayangkan telapak tangannya ke lengan Bian hingga berhasil membuatnya teriak kesakitan.

"Hahaha..." Tawa itu menyertai Bian setelah rasa sakitnya dirasa sudah hilang.

"Malah ketawa? Kau pikir lucu?" Bentak Ashika.

"Iya, iya. Maaf! Maaf tuan putri. Aku bercanda. Mana mungkin aku sekejam itu." Jawabnya mencubiti pipi Ashika yang segera di tepisnya.

"Awas jika kau ulangi!" Ucap Ashika kesal.

Die In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang