Die In Love

6 1 0
                                    

Motor keluaran lama yang kini sedang dikendarai Azan tepat berhenti di depan sebuah restoran dengan interior mewah. Gadis yang diboncengnya saat ini turun dengan anggun. Celana Levis bergradasi yang dipadukan dengan baju lengan tanggung berwarna putih bercorak bunga itu sangat indah di tubuhnya. Semakin cantik saat rambut panjangnya tertata rapih dengan ikat kuda dan tas merah yang tergantung di lengan kanannya.

"Hari ini adikku sangaaaattt cantik!" Dengan sedikit mencubit gemas pipi sang adik, Azan mengucapkan apa yang ia lihat sekarang.

"Terima kasih kakakku yang sangaaaattt tampan!" Balas Ashika pastinya dengan senyum di wajahnya.

Satu ciuman mendarat di dahi Ashika dari sang kakak sebelum akhirnya lambaian tangan menyambut kepergian sang kakak.

Langkah ringannya diiringi dengan kebingungan diwajahnya memasuki restoran. Terlihat jelas di indranya restoran itu sangat sepi. "Nona Ashika?" Tanya salah seorang pelayan yang menghampirinya. Ashika menjawabnya dengan anggukan kepala dan senyuman tipis.

"Mari!" Pelayan itu mengarahkan kemana Ashika harus berjalan. Di tunjuknya meja yang hanya ada setangkai bunga mawar di vasnya. Pelayan itu mempersilahkan Ashika untuk duduk lalu meninggalkannya seorang diri.

Aneh memang. Keadaannya sepi. Hanya ada Ashika seorang disana.

Langkah kaki dengan sepatu mengkilap sangat terdengar jelas mendekati dimana Ashika duduk. Langkah itu semakin jelas terdengar. Hingga Ashika memandang kaki yang kini berdiri di samping kanannya. Dipandangnya dari kaki hingga ujung rambut.

"Hai!" Sapa Ashika saat melihat orang yang sangat ia kenal disampingnya. Ya, Bian. Dikenakannya jas biru tanpa dasi yang sengaja ia buka kancing bagian atas kemeja.

Rambutnya lebih rapih dibanding biasanya. Jam tangan yang berada di pergelangan tangannya masih terlihat walau tangannya masuk ke dalam saku celana.

"Bagaimana?" Tanya Bian dengan sok gantengnya.

Menahan tawa Ashika menunjukkan ibu jarinya. "Mau makan malam denganku atau rapat penting denganku?" Tanya Ashika seketika tawanya pecah.

Rasa bingung mengelilingi Bian dengan memandang baju yang saat ini ia gunakan.

"Kenapa?" Tanya Bian mengerutkan keningnya.

"Tidak pa-pa! Lupakan saja." Ashika berusaha menghentikan tawanya.

"Kau sangat cantik!" Dalam lamunan Bian mengucapkan apa yang ia rasakan.

"Apa?" Tanya Ashika yang terkejut akan kata-kata Bian.

Bian terhenti pada lamunannya, "Maksudku kau sangat cantik saat sedang tertawa lepas!" Ucapnya membenarkan pengucapan yang sebelumnya.

"Jadi, hanya akan mengobrol?" Tanya Ashika.

"O! Mba!" Dipanggilnya pelayan perempuan oleh Bian.

Pelayan itu mendekat, "Ambilkan!" Pinta Bian yang langsung dipatuhi oleh sang pelayan.

"Restoran ini sangat sepi. Apa.." tanpa menyelesaikan kata-katanya, Ashika menatap Bian. "Ya. Aku menyewanya!" Jawab Bian.

"Seluruhnya?" Tanya Ashika yang dapat anggukan dari Bian.

🗡🗡🗡

"Alika!" Sapaan dari Nova terdengar lebih tegas sembari ia duduk dengan segelas minuman dingin di tangannya.

"Jangan berteriak!" Tegas Alika.

"Jika gak mau aku berteriak, berbuatlah sesuatu." Ucap Nova yang hanya dapat bungkam seribu bahasa dari Alika.

Die In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang