"Ashika," Nada lembut itu mengundang Ashika untuk menghentikan kegiatannya menata buku di meja.
"Alika? Kau kenapa? Kenapa keadaanmu begini?" Tanya Ashika yang nampak khawatir dengan keadaan Alika yang tak teratur.
Terlihat Lia yang menghampiri dimana mereka berdiri. Sempat bertanya menggunakan isyarat kepala, namun terjawab oleh pundak Ashika yang terangkat.
"Aku minta maaf atas perlakuanku tadi." Sontak membuat Lia sangat terkejut. Meskipun enggan menatap wajah Ashika, Alika tetap mengutarakan itu.
"Maaf?" Tanya itu diiringi oleh tawa Lia yang pecah hingga mengeluarkan air mata.
"Lia, diam!" Dengan pelan Ashika menyuruh sahabatnya diam. Jika tidak, maka akan ada keributan lagi.
Akhirnya Lia terdiam, "Kau minta maaf? Ada apa denganmu? Apa petir baru saja menemui mu?" Tanya Lia menggoda Alika.
"Terserah kau mau bilang apa!" Sambil meredam emosinya, Alika kembali meminta maaf.
"Tidak! Jangan maafkan dia, Ashika. Orang sepertinya minta maaf? Pasti ada maunya!" Tegas Lia.
"Aku sudah berusaha baik-baik dan kau mau membuatku kembali marah?" Kepalan tangan Alika terlihat kuat.
"Heh! Orang sepertimu meminta maaf, itu percuma! Kau akan mengulanginya lagi."
"Kau menutup lubang dengan membuka lubang yang lain. Itu percuma!" Perkataan Lia ingin rasanya Alika hentikan dengan menamparnya. Tapi ya, Alika selalu teringat dengan bom di tubuhnya.
"Sudah, Lia." Ashika menarik lengan Alika untuk mundur dan berhenti.
"Aku memafkanmu. Sekarang pergi dan obati lukamu itu." Terbuat dari apa hatinya? Memaafkan begitu saja dengan apa yang sudah terjadi padanya? Mudah sekali.
Alika benar-benar dibuat malu karena masih banyak mahasiswa yang berada di kelas Ashika. Segera ia pergi dari kelas itu dan membawa rasa malunya.
"Alika! Tunggu!" Teriakan Nova membuat keduanya terhenti.
"Ada apa?!" Tanya Alika yang sepertinya suasana hatinya sedang panas.
"Bom nya! Waktunya hanya tinggal satu menit!" Itu berhasil membuat kepanikan di wajah Alika.
"Cepat lepaskan bom itu!" Perintahnya yang mulai dikerjakan oleh dua temannya.
Mereka berusaha melepaskannya, namun itu sulit dan waktunya terus berjalan hingga ke dua puluh detik. Rasa panik yang ditimbulkan membuat mereka lebih sulit melepaskan bom itu dari tubuh Alika. Keringat pun mulai bercucuran. Waktu terus berjalan dan tiba di detik ke lima.
"Alika!" Keduanya berteriak menjauh dari tubuh Alika.
Lima, empat, tiga, dua, satu
Dan...
Mata yang terpejam kembali terbuka mendengar bunyi alarm jam. Segera Alika cek bagaimana bom itu. Diambilnya bom itu dari tubuhnya.
"Sial!" Umpatnya sadar bahwa itu bukanlah bom. Melainkan jam yang telah diatur timer.
Satu pesan masuk melalui handphone Alika.
Nomor
Selamat! Kau telah menyelesaikan permainannya.Tapi aku yang telah memenangkannya.
Beruntung, Alika terkena tipuan besar. "Sial! Dia mengerjai ku!" Rasa kesalnya membuat jam di tangannya hancur di lantai.
"Cerdik! Dia wanita yang cerdik." Ucap Febri.
"Iya, bahkan Alika telah dikalahkannya." Sambung Nova.
KAMU SEDANG MEMBACA
Die In Love
Mystery / ThrillerKeindahan... Kebahagiaan... Kehidupan yang sempurna... Berubah drastis saat sang ayah tiada di depan indranya. Yang mengharuskan dirinya untuk membangun keluarga kecilnya sendiri. Semuanya kembali berubah saat sang penguat datang ke dalam kehidupann...