ninth.

293 28 0
                                    


Tin membukakan pintu mobil untuk istri dan bayinya, saat mobilnya sudah terparkir di garasi rumahnya. Memudahkan Can dalam bergerak, dia tak mungkin membiarkan Can membuka pintu dengan Baby Tee masih di gendongannya.

Mereka sudah bisa pulang, seharusnya mereka baru bisa pulang dua hari lagi, tapi dengan sifat keras kepala Can yang tetap ingin pulang kerumah hari ini juga membuat Tin terpaksa membawanya pulang, alasannya dia sudah sangat tak betah tinggal di rumah sakit berlama-lama. Beruntungnya, jahitan di perutnya sudah cukup kering, dan dia hanya akan tinggal menuruti apa yang di katakan dokter Peach untuk tidak memakan makanan sembarangan dulu. Jadi, Tin harus menyiapkan tenaga extra untuk istrinya. Dia sudah mengambil Cutinya selama beberapa hari, sampai luka jahitan Can sembuh sepenuhnya. Pekerjaannya dia titipkan pada sekretarisnya.

Setelah membukakan pintu untuk Can, Tin segera berlari ke belakang mobilnya mengambil tas dari bagasi mobilnya, lalu menentengnya sampai masuk ke dalam rumah. Sekilas Tin melirik Can yang berjalan pelan di sampingnya, menatap sekeliling rumahnya yang tampak sedikit berdebu akibat tak terawat hanya saja, masih tetap rapih. Setelah sampai di kamar, Can menidurkan bayinya di atas tempat tidur, lalu memijat pelan lehernya yang terasa pegal. Diam-diam Tin tersenyum melihat tingkah Can, begitu sulitnya menjadi seorang ibu.

Melihat istrinya seperti itu, Tin segera mendekat perlahan dan berbaring di samping bayinya.

"Hmm, aku sudah meminta pada Mae untuk mengirimkan dua orang maid dan seorang supir ke rumah kita. Mereka akan datang sore ini!." Ucap Tin tiba-tiba, sebenarnya dia sedikit ragu mengatakan ini, tapi merasa lebih baik memberitahunya sekarang toh dia tetap akan mendapat jawaban yang sama dari Can, pria itu pasti menolak, meskipun Tin tetap akan mempekerjakan mereka di rumah itu. Dia tak ingin Can melakukan segalanya sendirian, terlebih lagi, sekarang mereka sudah memiliki seorang bayi dan itu pasti sangat sulit baginya.

Seperti yang Tin duga, wajah Can langsung melotot ke arah Tin, tapi pria yang tengah berbaring santai itu malah mengalihkan pandangannya kepada baby Tee di sampingnya. "Kenapa harus repot-repot, aku kan sudah bilang aku bisa melakukannya sendiri". Cerocos Can. Tin hanya menatapnya sekilas sambil tersenyum dan kembali menatap bayinya. Seakan tau reaksi Can.

"Tidak. Kau tidak boleh melakukan apapun kecuali mengurusi Baby Tee. Aku tidak ingin kau bekerja terlalu keras, lagipula nanti kalau kau lelah mengurusi baby Tee, kau bisa menyuruh salah satu Maid untuk menggantikanmu sebentar." jelas Tin santai, tanpa melihat reaksi wajah Can yang sedikit kesal bercampur malu, pasalnya Tin benar-benar mengerti keadaannya, meskipun begitu dia tetap tak suka merepotkan orang lain. Di rumahnya, dia tak pernah memiliki seorangpun Maid walaupun keluarganya cukup kaya, tapi dia selalu tak suka menyuruh ayah atau ibunya untuk menyewa seorang Maid.

"... Kau tak akan bisa menyelesaikan semuanya sendiri, dan aku tak mau itu.". Lanjut Tin mempertegas ucapannya, memberi tanda jika tak ingin ucapannya di bantah kali ini. Walaupun dia seorang yang baik dan polos, tak luput darinya sikap tegas dan berwibawa karena kedudukannya sebagai CEO, pemimpin sekaligus pemilik suatu perusahaan, hingga dia mampu mengendalikan orang lain dengan Ucapannya.

Tapi bukan Can namanya jika dia patuh begitu saja terhadap ucapan atau perintah orang lain, sikap keras kepalanya membuatnya sulit untuk dikendalikan.

"Tapi Tin, aku bisa melakukannya sendiri. Jika kau mengambil mereka dari Mae, lalu siapa yang akan mengurus Mae di sana". Bantah Can membuat seribu alasan agar Tin mengurungkan Niatnya.

"No. Mae punya banyak Maid di rumah, dan aku hanya meminta dua dari dia dan seorang supir, itu tak akan membuatnya kekurangan tenaga kerja di sana". Jawab Tin, berhasil membuat Can membungkam tak ada alasan lagi untuk dia menolak. Itu perintah Tin.

"Tapi...".

"Mereka akan sampai sebentar lagi.!" Potong Tin cepat, sebelum Can bisa melanjutkan ucapannya. Can hanya bergumam tak jelas, sambil menatap Tin kesal. Sementara Tin tersenyum puas.

Stuck In The Darkness (Tin&Can story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang