Fourth.

382 34 0
                                    


Can duduk di sofa, mereka akhirnya sampai kembali ke rumah, tenggorokannya terasa kering, jadi dia memutuskan beranjak untuk mengambil segelas air.

"Mau kemana?." Tanya Tin buru-buru, yang melihat Can kembali berdiri dari duduknya, padahal dia baru daja istirahat.

"Ingin mengambil minum!". Jawab Can tanpa menengok ke arah suaminya, sambil melanjutkan langkahnya. Namun Tin cepat mencekalnya.

"Berhenti!, biar aku yang mengambilnya untukmu." Ucap Tin sambil berlalu pergi. Can menatap Ibu nya yang sejak tadi sudah duduk di sofa di samping Tin, balas menatap Can,sambil tersenyum ke arahnya.

Can kembali duduk di tempatnya, mendudukkan tubuhnya secara perlahan, beban di perutnya sangat berat, dan jika tidak hati-hati, itu bisa saja membuatnya terjatuh.

"Kenapa Tin begitu perhatian?" Tanya Ibu Can. Itu bukan pertanyaan bagus yang perlu di tanyakan, apa salahnya jika Tin hanya mengambilkan air untuk istrinya, tapi ibu nya hanya berniat menggoda anak satu-satunya itu.

"Mana ku tau." jawab Can cuek, dia tau jika dia menanggapi godaan ibunya berlebihan, itu akan membuat ibunya semakin senang menggodanya.

Can melirik ke arah Tin yang sudah datang dengan membawa segelas air di tangan kanan nya.

"Minumlah!". Ucap Tin menyodorkan gelas tadi ke arah Can. Langsung di sambut Can dengan tergesa-gesa, dia sangat haus.
"Pelan-pelan!." peringat Tin, namun can hanya menghiraukannya. Meneguknya sampai dia merasa tenggorokannya kembali basah.

Tin hanya menatap ke arah Can, betapa keras kepalanya pria itu, hanya menuruti keinginannya. Sedangkan ibu Can hanya menggeleng kepalanya pelan. Dia sudah terbiasa dengan sikap anak nya itu. Keras kepala, bahkan egois.

Can meletakkan gelas kosong di atas meja, tanpa menyisakan setetes air pun, lalu melayangkan tubuhnya agar bersandar di penyangga sofa. Tin langsung melotot terkejut, kenapa bisa-bisanya Can membanting tubuhnya seperti itu, itu akan menganggu tubuhnya dan juga bayinya. Apa tidak sakit pikir Tin.

"Hmm, Can.Bisakah kau menyandarkan tubuhmu dengan pelan-pelan. Jika kau seperti itu, itu akan membuat bayinya terganggu" peringat Tin dengan sopan, tapi Can malah cemberut.

"Dia hanya perduli Bayinya, bukan kau Can." Gumam Can bermonolog. Sedangkan Tin hanya menyipitkan matanya, berusaha memahami apa yang baru saja Can bicarakan.

Can masih duduk melipat kedua tangannya di dada, memasang wajah tak suka. Pasalnya Ibunya terus saja mengobrol dengan Tin, tanpa memperdulikan dirinya juga ada di situ, tapi mereka seperti tak menganggap keberadaannya di situ.

Dia menyelipkan tangannya di saku celananya, meraih ponselnya. Can memutuskan untuk bermain-main dengan ponselnya saja jika kedua orang itu masih tak memperdulikannya.

Can menscroll layar ponselnya tanpa lelah, mencari berita atau foto teman-temannya yang baru saja mereka Post di Instagram Milik mereka masing-masing.

Jari Can akhirnya berhenti men-scroll, saat matanya menangkap sesuatu yang menarik menurutnya. Mengamati layar ponselnya lamat-lamat.

Good, sahabatnya sedang berlibur di Patong Beach,Phuket, salah satu pantai yang ada di Thailand. Dia tak sendiri, tentu saja dia bersama dengan teman-temannya yang lain dan Seniornya. Can tersenyum saat mendapati wajah P'No, senior nya yang selalu menggodanya.

Menggoda hanya dalam maksud antar senior dan junior, lagipula P'No sudah dia anggap seperti Phi nya sendiri.

"Shiaaa!, seru sekali, like nya mencapai dua ribu lebih". Gumam Can, batinnya memaki dan mengumpat Good. Hanya karena Can tak lagi bersama mereka seperti dulu, bukan berarti mereka dengan mudah melupakannya.

Stuck In The Darkness (Tin&Can story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang