0.1

3.2K 537 62
                                    

Suasana kelas begitu sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana kelas begitu sunyi. Semuanya melihat ke depan papan tulis, tepat dimana guru sedang menjelaskan pelajaran ekonomi yang sama sekali tidak diminati oleh seorang Nishimura Riki. Dia tidak memperhatikan papan tulis, sedari tadi matanya terus berfokus pada sosok gadis yang duduk di sampingnya.

Itu Aika. Dengan teliti dia menandai buku paket menggunakan highlighter berwarna hijau saat gurunya mengatakan harus di tandai saat itu juga. Tapi sepertinya highlighter nya habis, buktinya sekarang dia sedang berdecak kesal.

"Kenapa?" tanya Ni-ki saat melihat wajah Aika cemberut.

"Highlighter aku abis tintanya. Kamu punya gak? Minjem dong,"

Ni-ki meraih tempat pensilnya yang berada di ujung meja. Dia membuka ritsleting nya, lalu membuat gerakan seperti sedang menumpahkan seluruh isinya.

Yang jatuh dari dalam tempat pensil Ni-ki hanyalah satu pulpen dengan tinta yang tinggal setengah dan pensil yang besarnya sama seperti jari kelingking. Dia memang biasanya meminjam alat tulis orang.

Ni-ki cengengesan. "Gak punya."

Aika geleng-geleng kepala. "Pensil udah sekecil itu ngapain disimpen? Buang aja kali,"

Gadis itu beralih meminjam highlighter milik Junghwan yang duduk di samping kanannya.

"Wan, minjem highlighter."

Junghwan yang sedang tertidur hanya menggumam tidak jelas sebagai balasan. Pintar sekali, dia tidur sambil membuka buku paket ekonomi untuk menutupi kepalanya yang tiduran di meja.

Aika pun mengambil tempat pensil Junghwan dan mengambil satu highlighter berwarna biru dari dalam sana. Dia mulai melanjutkan untuk menandai tiap kalimat yang diperintah oleh sang guru.

"Nik, aku ketinggalan. Terakhir nandain sampe paragraf yang mana?"

Ni-ki menggeleng, dia menunjukkan buku paketnya yang masih bersih. Ya, Ni-ki tidak menandai apa yang gurunya perintahkan.

Gadis itu menepuk dahinya. Rasanya dia ingin pindah tempat duduk. Setiap dia ketinggalan untuk menandai, dia tidak pernah punya teman yang bisa dimintai buku paket di dekatnya. Samping kirinya Ni-ki, pacarnya yang datang ke sekolah tanpa niatan belajar. Samping kanannya Junghwan, tukang tidur yang bahkan terkadang sampai mendengkur keras.

"Gak usah di tandain aja lah," balas Ni-ki sesat. Aika menggeleng tidak setuju.

"Walaupun aku ranking kedua terakhir, aku ada niatan belajar ya." bangganya, lalu menepuk-nepuk dadanya.

Ni-ki menaikkan alis kirinya, tersenyum miring bermaksud mengejek pacarnya. "Ngapain, ranking terakhirnya juga selalu aku. Kamu gak akan dapet ranking terakhir, tenang aja."

Ni-ki dan Aika, dua pasangan kekasih yang sama-sama memiliki nilai terendah di kelas. Berbeda dengan Ni-ki, Aika itu rajin belajar tapi nilainya tetap saja tidak naik-naik. Walaupun ibunya tidak masalah karena dia melihat seberapa besar usaha anaknya. Tapi tetap saja Aika ingin membuat orangtuanya bangga. Setidaknya dia dapat ranking sepuluh besar, itu targetnya tahun ini.

"Gak gitu konsepnya. Makin goblok, iya."

Ni-ki terkekeh. Dia mencubit bibir Aika. "Kasar."

"Kelepasan,"

"Cewek gak boleh ngomong kasar."

"Terus kamu boleh, gitu?"

"Hmm," Ni-ki mengangguk.

"Gak adil lah, mulut-mulut aku. Suka-suka."

"Dibilangin ngeyel."

"Kamu juga susah tiap disuruh belajar."

"Emang ada orang yang suka belajar?"

"NI-KI, AIKA! MAU MENGGANTIKAN SAYA DI DEPAN?!"

Ni-ki maupun Aika segera terdiam. Aika tertunduk takut, sedangkan Ni-ki dengan tidak sopannya malah menatap gurunya tepat di mata.

"Makasih, bu. Nggak dulu." jawab Ni-ki enteng.

Gila.

Aika tidak habis pikir Ni-ki bisa sampai membalas ucapan gurunya dengan kalimat seperti itu.

"Kalau begitu, Aika silahkan maju. Jelaskan materi yang baru saja saya selesaikan."

Ni-ki cekikikan begitu melihat wajah Aika yang tampak panik. Dia saja tidak paham apa-apa, ini malah disuruh untuk menjelaskan di depan kelas. Sama saja dia membuat dirinya malu di hadapan teman-temannya.

"T-tapi bu一"

"Maju, Aika! Kamu mau nilai kamu yang jeblok itu saya kurangi?"

Aika menatap Ni-ki dengan sinis. Ini semua gara-gara Ni-ki.

Lelaki itu menjulurkan lidahnya. Semakin mengejek Aika padahal dia juga sedang ditatap oleh guru ekonomi di depan papan tulis sana.

"Ni-ki, diam kamu!" bentak sang guru. Hampir saja tangannya kelepasan untuk melempar penghapus papan tulis.

Akhirnya Ni-ki terdiam juga, bukan karena bentakan gurunya tapi karena tangan Aika diam-diam memegang pinggangnya dan mencubitnya dengan jurus cubit pelintir.

"BU, AIKA NYA NYUBIT-NYUBIT NIH!"










"BU, AIKA NYA NYUBIT-NYUBIT NIH!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















Cara Ni-ki natap aika 😣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cara Ni-ki natap aika 😣








TELL MY MAMA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang