2. Bunga untuk Serra

311 41 16
                                    

Sambutanmu terlalu ramah, sampai aku buru-buru menjadikanmu rumah.

— Ravendra Galen Nugroho

****

Sebelum pulang, mereka menyempatkan waktu untuk singgah ke Toko Oleh-Oleh Khas Jogja, membelikan sesuatu untuk orang rumah. Serra tidak lupa membelikan Bakpia untuk Ibunya.

Acara meet-up kini sudah selesai, semua saling berpamitan dan berpelukan. Naura, Allysa, Gio dan Gavin, mereka pulang naik transportasi kereta api. Jaden dan Galen membawa mobil, Mala nebeng dengan Jaden karena mereka satu daerah. Rencananya, Serra juga akan naik transportasi kereta api.

"Lo balik naik apa, Ser?" tanya Galen.

"Gue naik kereta, Len."

Galen yang membawa mobil berinisiatif untuk mengantar Serra pulang. Tidak ada berpikiran untuk apa-apa, barangkali saja bisa pdkt.

"Mau gue anterin nggak? Gue bawa mobil. Rumah lo daerah Tembalang kan?"

Serra yang merasa tidak enakan, menolak tawarannya. Karena jarak dari Jogja ke Semarang terbilang cukup jauh, memakan waktu kurang lebih sekitar tiga jam perjalanan.

"Nggak usah, Len. Gue nggak mau ngerepotin lo soalnya jarak dari sini ke rumah gue kan jauh."

"Gue nggak merasa direpotin kok. Kebetulan gue juga mau mampir ke Tembalang, mau beli sesuatu, sekalian. Mau ya gue anter?" paksa Galen yang membuat Serra mau tidak mau mengiyakan tawarannya itu.

Entah Galen ingin membeli apa, tiba-tiba saja ia ingin mampir ke Tembalang.

"Serius nggak ngerepotin?" tanya Serra memastikan, ia benar-benar merasa tidak enak dengannya, takut merepotkan.

"Serius. Yuk masuk mobil." jawab Galen meyakinkan pertanyaan Serra.

"Thanks, ya." ucap Serra, lalu ia masuk ke dalam mobilnya Galen.

Di dalam mobil, Galen yang memulai pembicaraan. "Kesibukan lo apa, Ser?" tanyanya sambil menoleh sesekali dengan tetap fokus menyetir.

"Gue kuliah sambil kerja. Lo sendiri gimana?

"Dua bulan yang lalu gue baru lulus dari UII jurusan Hukum. Gue belum mau aja kalau langsung terjun ke dunia kerja pemerintahan atau semacamnya. Buat ngisi waktu luang, gue kerja part-time di Fore Coffee." jelas Galen.

"Gue juga part-time, di KopKen." sambung Serra.

"Lo seriusan kuliah sambil kerja?" tanya Galen tidak menyangka karena kuliah sambil bekerja menurutnya sangat sulit untuk membagi waktunya, belum lagi kalau sampai kelelahan.

"Iya, gue kerja buat bayar kuliah karena gue nggak mau membebani Ibu soalnya sekarang gue cuma tinggal berdua sama Ibu. Ayah sama Ibu pisahan pas gue masih SD, Ayah bawa dua Kakak gue ke kampungnya, gue ikut Ibu." jelas Serra dengan raut wajahnya yang sedih.

Kalau perempuan sudah bercerita tentang Ayahnya pada seseorang, berarti seseorang itu sudah dianggap rumah olehnya. Sungguh, jika luka itu tentang Ayah, bagi anak perempuan itu is another level of pain.

Pulang ke orang yang membuatmu nyaman, aman dan damai. Definisi 'orang' tidak melulu soal keluarga, karena tidak semua memiliki keluarga yang cemara.

Galen yang melihat raut wajah Serra mendadak sedih, langsung menyanggah pertanyaannya tadi, ia tidak bermaksud untuk membuatnya sedih. "Sorry, Ser. Gue nggak bermaksud buat lo sedih."

RomanticizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang