3. Ngedate di Jogja

261 41 15
                                    

Relate dengan kalimat?
"Laki-laki akan berusaha jika memang kita tujuannya"

****

Galen memang benar-benar tulus pada Serra. Effort-nya tidak main-main. Setelah pulang bekerja, ia langsung on the way ke Semarang, menjemput Serra untuk ngedate di Jogja.

Saat sudah sampai di rumah Serra, Galen segera turun dari mobilnya lalu berjalan dan berhenti tepat di depan pintu. Ia mulai mengetuk pintunya, Anggika yang membukakan pintu. Galen sudah mengetahui kalau wanita paruh baya yang saat ini ada di hadapannya adalah Ibunya Serra karena Serra sudah bercerita padanya, di rumah hanya tinggal berdua dengan Ibunya. Galen pun mencium tangan beliau.

Sebelumnya, Serra sudah izin pada Ibunya kalau hari ini ia akan pergi bersama dengan temannya. Anggika pun mengizinkan. Serra belum mengatakan pada Ibunya kalau sebenarnya teman yang dimaksud adalah pacarnya, Galen. Serra berpesan pada Ibunya, kalau temannya sudah datang, mohon menunggu terlebih dahulu karena dirinya masih make-up.

"Halo, Tante. Saya Galen, temennya Serra." sapa Galen setelah mencium tangan Anggika.

Galen juga belum mengatakan pada Anggika kalau sebenarnya ia adalah pacarnya Serra. Katanya, tunggu waktu yang tepat.

Kedatangannya disambut hangat oleh Anggika. "Halo, Galen. Serra nya masih siap-siap, tunggu di dalam aja. Mari masuk." ajaknya mempersilakan masuk ke dalam rumah.

Galen mulai memasuki rumah Serra, rumahnya rapi sekali, tapi suasananya sepi. Ia duduk di sofa ruang tamu setelah dipersilakan duduk oleh Anggika. Penglihatannya tertuju pada foto-foto yang tertata di console table, ada foto masa kecil Serra bersama Ibunya, foto Serra bersama Ayah dan Kakaknya, tapi tidak ada satupun foto Ibu dan Ayahnya Serra, foto layaknya pasangan Suami Istri.

"Galen, mau dibuatkan minuman apa? Kopi, teh atau mau minuman yang dingin?" tawar Anggika yang membuat Galen menoleh padanya dan mengalihkan pandangannya dari foto-foto itu.

Galen menjawabnya menggunakan Bahasa Jawa. "Kopi wae Tante, matur suwun nggih."
*Kopi aja Tante, makasih ya.*

Setelah selesai membuatkan kopi dan menaruhnya di meja, Anggika sedikit penasaran karena ternyata Galen bisa berbicara menggunakan Bahasa Jawa. Beliau duduk di sofa sisi kanan Galen lalu bertanya padanya. "Galen, Jowomu nang ngendi?"
*Galen, Jawamu di mana?*

"Aku Jogja, Tante."

"Oalah, wong Jogja toh. Ojo ngundang Tante, Ibu wae."
*Oalah, orang Jogja. Jangan panggil Tante, Ibu aja.*

"Nggih Bu. Iki tak ombe yo kopine?" tanya Galen sambil mengangkat rendah gelasnya.
*Iya Bu. Ini aku minum ya kopinya?*

"Monggo, monggo."
*Silakan, silakan.*

Galen meminum kopinya sedikit demi sedikit sambil melanjutkan obrolan lain dengan Anggika. Setelah kopinya sudah habis diminum, ia meletakkan kembali gelasnya di meja. Tak lama selang menghabiskan kopinya, ia melihat bidadari cantik mulai membuka pintu kamarnya.

Serra berjalan menghampiri Galen. Wajahnya yang manis dipoles make-up dan blouse putih polos dengan outer strap dress berwarna merah motif kotak-kotak kecil yang dikenakannya itu membuatnya terlihat semakin cantik dan menggemaskan sampai-sampai Galen terpesona akan kecantikannya.

"Cantik banget." puji Galen dalam hatinya.

"Ibu, aku jalan sama temenku ya?" pamit Serra lalu mencium tangan Ibunya.

Anggika mengelus kepala putrinya dengan lembut. "Iya Sayang."

Galen juga berpamitan pada Anggika, kembali menggunakan Bahasa Jawa. "Ngapunten Bu, nyuwun ijin kaleh Ibu ajeng medhal kaleh putrinipun angsal nopo mboten?"
*Maaf Bu, aku mau minta izin sama Ibu, mau ngajak keluar putrinya Ibu boleh apa nggak?*

RomanticizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang