Semua tugas-tugas kuliah sudah dikerjakan oleh Serra. Masalah tugas sudah beres. Jadi, ia hanya fokus pada skripsinya saja. Ia akan datang ke kampus jika dosen pembimbingnya memintanya untuk datang, kalau dosen tidak meminta, cukup berkomunikasi melalui online saja. Karena hari ini dosennya meminta untuk datang jam dua siang, jadi, Serra akan berangkat ke kampus untuk bimbingan skripsi siang nanti.
Di pagi hari, suasana di ruang tengah penuh haru karena Anggika baru melihat kedatangan kedua putranya yang datang sejak semalam. Beliau baru melihat mereka di pagi ini, karena semalam beliau tidur lebih awal, kecapean.
Anggika memeluk erat Ryan dan Azka dengan mata yang berlinang. Sudah satu tahun lamanya mereka baru menemui Ibu dan adik perempuannya kembali. Biasanya setiap dua bulan sekali mereka berkunjung, tapi karena sekarang mereka sudah bekerja, jadi waktunya terbatas. Anggika pun memahami kondisi mereka.
"Ngapurane nggih Bu, aku karo Azka nembe saget mrene ketingal Ibu karo Serra." ucap Ryan selepas berpelukan, lalu ia mengusap air mata Ibunya.
*Maaf ya Bu, aku sama Azka baru bisa kesini nemuin Ibu sama Serra.*"Mboten nopo-nopo, sing penting kamu karo Azka tesih inget Ibu karo Serra." balas Anggika menasihati sambil mengelus lembut kepala Ryan dan Azka bergantian.
*Gapapa, yang penting kamu sama Azka masih inget Ibu sama Serra.*"Pasti inget lah Bu, masa aku ngelupain Ibu sebagai orang tuaku." tegas Ryan.
"Yo, sopo sing ra weruh Ayahmu iku ari ngomong cangkeme ra nggenah, ngompor-ngompori ra jelas."
*Ya, siapa yang nggak tau Ayahmu itu kalau ngomong mulutnya nggak karuan, ngompor-ngomporin nggak jelas.*Anggika menghela napasnya kasar. Beliau sangat muak dengan Mahendra, mantan suaminya. Bagaimana tidak, Mahendra seringkali menjelek-jelekkan sifatnya di hapadan kedua putranya. Anggika disebut-sebut sebagai perempuan yang matre, perempuan murahan dan tidak becus mengurus keluarga.
Padahal di sini yang salah adalah Mahendra. Dia jarang sekali menafkahi istri dan ketiga anaknya, jarang pulang ke rumah dan malah main gila dengan perempuan lain. Anggika mengurus ketiga anaknya seorang diri saat itu, beliau bekerja sebagai pelayan di Warteg dan bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga. Beliau banting tulang untuk menghidupi ketiga anaknya. Beliau tidak ingin ketiga anaknya putus sekolah, mereka harus sekolah sampai lulus setidaknya mendapatkan ijazah SMA.
Ikut dengan Mahendra sebenarnya bukan kemauan Ryan dan Azka. Karena kejadian saat itu yang ada di rumah hanya mereka berdua, jadi Mahendra secara paksa membawa mereka ke Surabaya. Sedangkan Serra pada saat itu ikut Ibunya bekerja, ia dan Ibunya sedang tidak ada di rumah. Begitu sampai di rumah, mereka dikejutkan dengan kondisi rumah yang sudah sangat berantakan. Anggika dan Mahendra bisa dikatakan berpisah, bukan bercerai. Mahendra yang tiba-tiba pergi begitu saja tanpa menalak atau mengurus perceraian dengan Anggika.
Serra sangat bersedih karena kedua Kakaknya dibawa pergi oleh Ayahnya. Padahal, sebelum kejadian itu, Ayahnya belum lama mengajaknya ke Bandung untuk jalan-jalan. Maka dari itu, Serra juga merasa kehilangan sosok Ayah walaupun sikap Ayahnya tidak mencerminkan sebagai kepala keluarga yang baik.
"Wis Bu, ra usah bahas Ayah meneh." balas Azka mengingatkan.
*Udah Bu, nggak usah bahas Ayah lagi.*"Yowes, arep dimasakno opo to, cah bagus?" tanya Anggika menawarkan pada kedua putranya itu.
*Yaudah, mau dimasakin apa, anak ganteng?*"Masakin Mie Kuning Basah, Ayam Serundeng, goreng Tahu Tempe ditepungin sama bikin Sambel ya Bu? Aku kangen masakan Ibu yang nikmatnya tiada tara." balas Ryan.
"Sopo sing gelem melu Ibu teng peken?"
*Siapa yang mau ikut Ibu ke pasar?*"AKU BU!!" jawab Serra, Ryan dan Azka dengan kompak.
*AKU BU!!*
KAMU SEDANG MEMBACA
Romanticize
Teen FictionRavendra Galen Nugroho (Galen) dipertemukan dengan Lavanya Anaserra (Serra). Mereka saling kenal dari Twitter. Masing-masing dari mereka mempunyai masa lalu percintaan yang pahit. Galen diselingkuhi dan gagal move on sedangkan Serra dikhianati oleh...