四 | Malam Itu

4.1K 727 413
                                    


Sore itu seperti biasa gue bekerja di kafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu seperti biasa gue bekerja di kafe. Sepulang kuliah, gue langsung ke kafe tanpa pulang terlebih dahulu ke panti asuhan. Dengan setelan rok putih dan kemeja biru, gue menjalankan profesi gue sebagai pelayan. Hari ini di kafe cukup ramai, jadi gue sibuk melayani mereka para pengunjung.

Selesai mengantarkan sepiring ayam geprek dan milkshake coklat di meja nomor sebelas, gue kembali ke dapur. Gue menemui Sanha yang sedang membuat panekuk. Sanha ini salah satu koki di kafe.

"Pesanan meja nomor berapa?" gue bertanya padanya. Barangkali belum ada pelayan yang mau mengantarkan.

"Oh, ini pesanan nomor tujuh." balas Sanha sembari membalik panekuknya.

"Udah ada yang antar?"

Sanha menggeleng. "Belum."

"Nanti aku yang antar."

"Iya."

Sembari menunggu Sanha menyelesaikan panekuknya, gue meletakkan nampan di sebelahnya, kemudian mengalihkan pandangan ke arah wastafel. Di sana masih banyak cucian piring yang belum disentuh sama sekali oleh teman-teman. Gue berniat untuk mencuci piringnya sebentar.

"Aiko mana?" seseorang bertanya di saat gue mencuci piring. Gue lantas berbalik, menemukan Chaeyoung berdiri di ambang pintu dapur sembari memegang sebuah nampan. Selang beberapa detik, gadis itu berjalan menghampiri gue.

"Ada yang nyari." katanya.

"Siapa?" tanya gue

"Dokter Alen nyari kamu. Ini juga dia minta kamu yang bawa pesanannya." Chaeyoung menyodorkan nampan berisi secangkir amerikano panas dan sepiring nasi goreng.

Gue merengut sejenak kemudian mengelap tangan dengan kain lap yang digantung di sebelah wastafel. Gue pun mengambil alih nampan di tangan Chaeyoung, kemudian berjalan keluar dapur. Gue celingak-celinguk mencari Alen duduk. Tapi dia tidak ada. Alhasil gue beranjak ke lantai dua, dimana kemungkinan lelaki bersurai pirang itu berada. Tebakan gue ternyata benar. Ia yang memakai kaos oblong warna putih duduk di sana, di sofa dengan meja nomor dua puluh, di dekat dinding sembari membaca sesuatu.

 Ia yang memakai kaos oblong warna putih duduk di sana, di sofa dengan meja nomor dua puluh, di dekat dinding sembari membaca sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2/2] Querencia ✖ Lee FelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang