Aku stuck ges maap ya
"Oke, anak-anak, mata kuliah hari ini telah selesai. Selamat berjumpa di minggu selanjutnya," bu Anna selaku dosen mata kuliah kesehatan reproduksi remaja, menutup pertemuan di hari ini. Dosen cantik berjilbab warna lime itu pun menutup laptopnya dan membereskan barang-barangnya.
Gue dan yang lain berlaku demikian. Gue membereskan catatan gue tentang mata kuliah kesehatan reproduksi remaja pada hari Kamis ini. Selagi membereskan barang-barang ke dalam tas, gue bersyukur atas ilmu yang gue dapat hari ini. Tentunya gue dapat mempelajari tentang bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksi remaja, yang tentunya masih dalam fase berkembang. Tidak hanya menjaga kesehatan organ reproduksi, tetapi gue juga mendapatkan sex education di sini, yang mana sebagian orang masih menganggapnya tabu.
Dari yang gue pelajari, banyak orang di Indonesia buta akan sex education. Mereka menganggap pelajaran ini tabu, dan hanya boleh dipelajari ketika dewasa. Sayangnya, zaman tidak mengikuti aturan. Aturanlah yang harus mengikuti zaman. Dewasa ini banyak sekali kasus-kasus sex bebas karena aturan tersebut masih berlaku di lapisan masyarakat. Harusnya kita dapat mengubah pola pikir dan aturan dengan mengikuti zaman, contohnya kita belajar sex education sedini mungkin agar tidak terjadi hal seperti hamil di luar nikah pada saat masih remaja—fase dimana organ reproduksi masih berkembang—dan gonta-ganti pasangan berhubungan zina.
Sama saja dengan kasus pemerkosaan. Hal itu kembali lagi kepada kurangnya edukasi. Tapi kalau sudah diedukasi, pelaku tetap melakukan hal tersebut berarti dia butuh ruqyah.
Oke, stop.
Sesudah membereskan barang-barang, gue langsung melesat keluar gedung. Biasa, mau menemui pacar gue yang namanya Gama. Yah, tadi dia bilang dia sudah di depan fakultas sewaktu gue masih diajar oleh dosen. Sebucin itu gue sampai sembunyi-sembunyi untuk membalas pesan dari Gama. Maklum, sih, bu Anna tidak mau ada handphone hidup sewaktu beliau mengajar.
"Gama!" teriak gue saat mendapati lelaki yang mengenakan jaket biru tengah bersadar di mobilnya sembari memainkan ponselnya.
Gama menoleh, lantas tersenyum. Gue dengan semangat menghampirinya. Begitu tiba di hadapannya, gue diberi sambutan yang sedikit lebih dari Gama. Ia mengusap puncak kepala gue kemudian mengecup kening gue. Gue mendadak merona karena perlakuan Gama yang tiba-tiba.
"Hari ini mau makan atau langsung ke kafe?" tanya Gama sembari membukakan pintu mobil untuk gue.
"Kamu gak ada matkul habis ini? Aku sebenarnya lapar, pengen makan di mi ayam biasanya," jawab gue sembari mengusap perut. Gue memang kelaparan dari tadi. Tidak sempat istirahat karena gue dan teman gue sibuk mencari dan menemui pak Dekan, salah satu dosen gue, yang mengajar di fakultas kedokteran.
"Ada, tapi masih dua jam lagi. Ayo kita makan dulu," tandas Gama. Gue pun mengangguk antusias lalu masuk ke dalam mobilnya.
Gama berlari kecil menuju sisi kemudi. Ia mengenakan sabuk pengaman sebelum menghidupkan mobilnya. Kita berdua lalu melaju meninggalkan fakultas tempat gue belajar, menuju ke tempat mi ayam langganan gue dan Gama dulu sejak kita berdua semester tiga. Mi ayam di tempat gue ini enak. Saking enaknya, gue dan Gama bisa habis dua porsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2/2] Querencia ✖ Lee Felix
Fanfiction[sequel of Nebula] Aiko dan Felix bertemu lagi sepuluh tahun kemudian setelah pertemuan terakhir mereka di kolam. Takdir mempertemukan mereka kembali dan berusaha mengikat keduanya. Aiko berusaha lari, sedangkan Felix mencoba menarik tangan Aiko. Ke...