Gue termenung di depan televisi yang menyala sembari memegang gelas berisi teh hangat. Hari ini sedang turun hujan dengan lebat sehingga memaksa gue untuk tidak pergi kerja. Berakhirlah gue di kontrakan Gama dengan Eldo, menonton televisi dan menikmati teh hangat.Gue menonton acara gosip sendirian. Tadinya ditemani Eldo, tetapi lelaki itu masih memenuhi panggilan alam. Sementara Gama sendiri, calon suami gue, dia pergi ke tempatnya bekerja sejak dua jam yang lalu. Jadilah gue sendirian di sofa sembari menonton kasus selebgram yang lagi ada kasus sama seorang influencer tiktok.
Omong-omong gue sudah berada di kontrakan Gama selama empat hari. Gue kabur dengan alasan menginap di panti asuhan kepada tante Krystal. Iya, gue kabur bersama Gama. Gue telah memilih menikah dengannya. Gue tidak peduli mau nanti nasib gue serba kekurangan, yang penting gue dan Gama bersama. Gue akan merubah takdir gue sedemikian rupa. Perkara hasilnya buruk, gue harap hasilnya tidak seburuk saat gue dengan Felix.
Ah, Felix.
Lelaki itu hobi sekali hinggap di pikiran gue sampai gue merasa bimbang akan keputusan gue. Dia membuat gue seolah menginginkannya. Mungkin tidak hanya itu, pesan yang selalu ia kirim membuat gue perlahan longsor. Bukan ambyar, tapi longsor. Hati gue longsor gara-gara dia selalu tanya dimana keberadaan gue atau mengingatkan gue untuk makan. Meski gue tidak membalas atau membaca keseluruhan pesannya, gue dapat melihat pesan terakhir yang ia kirim.
Uh, kenapa hidup gue harus berurusan dengan Felix juga? Kenapa tidak Gama saja begitu?
Pusing gue kepikiran ini terus-menerus. Mau resign jadi tokoh utama ya nanti keganti Yiren. Mau menerima ya nanti dapat nasib buruk. Ini beneran gue harus mandi kembang tujuh rupa biar nasib gue mendingan.
Di saat gue sedang bergelut dengan pikiran gue, gue menangkap kehadiran Eldo yang berjalan ke arah sofa sambil memegangi perutnya. Wajahnya pucat dan terlihat kesakitan. Gue segera menaruh gelas di meja sebelum menangkap Eldo yang ambruk di pangkuan gue.
"Kenapa, Do?" tanya gue khawatir. Eldo mengerang sakit seraya membenarkan posisinya menjadi telentang dengan kepala di paha gue.
"Perut gue sakit, Ai," jawabnya setengah meringis.
"Loh ya? Mau aku belikan obat?"
Eldo menggeleng pelan. Gue masih menatapnya khawatir. Gue lalu mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan minyak kayu putih. Setidaknya minyak itu dapat mengurangi sakit di perut Eldo. Beberapa detik gue celingak-celinguk mencari botol kecil berwarna hijau itu, gue akhirnya menemukannya di dekat televisi.
"Aku ambil minyak kayu putih dulu, ya?" tanya gue.
"Biar gue aja yang ambil," katanya lemas. Ia pun beranjak dari tempat duduk untuk mengambil minyak kayu putih. Begitu kembali ke sofa, ia mengoleskan minyak tersebut ke perutnya sendiri. Gue langsung memalingkan muka tatkala Eldo menyibak kaosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2/2] Querencia ✖ Lee Felix
Fanfiction[sequel of Nebula] Aiko dan Felix bertemu lagi sepuluh tahun kemudian setelah pertemuan terakhir mereka di kolam. Takdir mempertemukan mereka kembali dan berusaha mengikat keduanya. Aiko berusaha lari, sedangkan Felix mencoba menarik tangan Aiko. Ke...