十三 | Namanya Pengantin Baru

4.8K 751 383
                                    

Jaga kesehatan. Jangan lupa berolahraga meskipun di rumah. Jangan stres (kalau ada tugas, kerjakan dengan santai), jangan lupa cuci tangan dg sabun. Makan yg bergizi, minum vitamin C dan tidur secukupnya. Stay at home. Your life is on your hands bby ❣️

Jangan lupa pencet bintang atau aku update satu bulan sekali.

Jangan lupa pencet bintang atau aku update satu bulan sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ A Little Bit Mature Content


"Kamu daripada main game, mending bantuin aku beres-beres, Lix." gue berucap seraya berkacak pinggang di depan lelaki bersurai pirang yang sedang main game di ponselnya. Lelaki itu tampak santai dengan ponselnya di sofa.

"Nanti aja beres-beresnya, Ma. Saya lagi mabar sama si Leo." Alasannya begitu. Entah siapa itu Leo.

Gue mendengus kesal karena Felix tidak mau diajak kompromi pagi ini. Dari awal bangun sampai jam dinding menunjukkan pukul delapan, lelaki itu tidak kunjung membantu gue. Dia sempat membantu gue membereskan sprei sisa semalam yang terdapat bekas bercinta-tengah-malam dan habis subuh tadi. Ia juga membantu gue mandi. Setelahnya dia kabur ke ruang tengah dan bermain game di ponselnya sampai gue selesai berbenah diri.

Dia lupa kalau gue sewaktu bercinta dengannya semalam masih seorang perawan.

"Lix, besok-besok kamu tidurnya sama guling aja ya? Kamu gak mau—" belum gue selesai bicara, Felix sudah melempar ponselnya lalu berjalan lebih dahulu masuk ke dalam kamar. Gue berdecak sejenak lantas mengikutinya dengan pelan. Alat vital gue masih ngilu untuk dibawa jalan cepat.

"Masukkan baju-baju aku ke dalam lemari kamu. Sekalian itu baju kotornya dicuci di mesin cuci," sahut gue dari ambang pintu. Felix tidak menjawab, tapi bergerak sesuai perintah gue.

Sekali-kali buat Felix menjadi babu. Suruh siapa semalam mengajak gue bercinta. Padahal gue sudah bilang kalau gue capek dan esoknya gue harus membereskan barang-barang gue. Felix tetaplah Felix. Pasti ada kesamaan dia dengan yang di visi meski tidak sepenuhnya.

"Jangan dilihat terus branya itu cepetan dimasukkan ke lemari!" komentar gue saat Felix mengamati barang privat punya gue.

"Ukuran dada kamu tadi malam gak sekecil ini. Ini beneran punya kamu?" tanya Felix seraya menunjukkan benda berwarna coklat itu ke gue.

Haduh. Bikin merona saja bapak dokter ini.

"Iyalah. Punya siapa memang?" tanya gue setengah jengkel.

"Entah." Felix membalas dengan cuek.

Felix kembali melanjutkan kegiatannya membereskan barang-barang gue. Selagi menunggu Felix selesai, gue melangkahkan tungkai ke dalam bilik. Gue mendudukkan diri di atas kasur kemudian. Hangat menjalar di pipi gue saat gue teringat kejadian semalam. Felix menjadikan gue miliknya seutuhnya semalam. Selama melakukannya, ia tidak main kasar. Permainannya lembut dan penuh cinta.

[2/2] Querencia ✖ Lee FelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang